This is the way it should be: pacaran halal

Thursday, 18 October 2007

Siang itu langit berawan, jalanan putih diselimuti bunga es, dingin. Gadis itu duduk sendiri disudut lobby masjid, raut mukanya tenang dihiasi senyuman, cantik sekali. Namanya Vivian, muallaf dari Denmark, dia akan menerima nikah siang itu. Waktu kutanya bagaimana perasaannya menjelang akad nikah, dia hanya tersenyum.

Tak lama, pelengkap lain pernikahan datang, maksudnya mempelai pria, wali dan dua saksi. Terbentuk forum kecil, hanya tujuh orang, sederhana sekali. Dalam forum itu akan diucapkan sebuah janji agung, mitsaqan ghalizan.

Seumur-umur saya tak banyak menyaksikan prosesi akad nikah, masih terhitung jari tangan. Disaat sahabat berbondong mengirimkan undangan pernikahan mereka, saya sudah merantau di tanah seberang, walhasil banyak yang terlewat tanpa saya mampu menghadirinya. Jadi ketika malam itu ada sms masuk mengajak saya menyaksikan prosesi akad nikah di masjid, wah bahagianya saya tak terkira.

Semua sudah siap. Sang Imam yang sekaligus bertindak sebagai wali nikah berbasa-basi sejenak, dan memastikan semua hadirin mengerti apa yang dia bicarakan. Beliau jelaskan sekilas tentang ijab dan qabul kepada kedua mempelai. Kemudian, sambil menggenggam tangan sang mempelai pria, beliau mulai menuntun ijab dan qabul, dalam bahasa inggris dan arab.

voila!



"Now you're married" Hadirin, terutama kedua mempelai, menghembuskan nafas lega.

Khutbah nikah tak seberapa panjang, karena terputus oleh adzan Asar. Tapi yang terpenting janji itu sudah diucapkan, yang haram sudah menjadi halal, penggenapan dien sudah mulai ditunaikan. Semoga Allah memberikan barakah-Nya kepada mereka.

Tak banyak cerita tentang kedua mempelai yang saya tahu. Tapi yang jelas, mereka bertemu melalui perantaraan sang Imam, dan sebagai muallaf, mempelai wanita memandatkan wali nikahnya pada beliau. Dan prosesi singkat itu memberikan romantisme tersendiri bagi saya. Sungguh penyatuan dua insan di jalan-Nya sangatlah mudah dan sederhana.

Ketika saya meninggalkan masjid ba'da Asar, ada banyak hal berkecamuk di benak saya, antara bahagia, cemburu, dan heran. Saya turut bahagia melihat dua sejoli mengikat janji di jalan Allah, dan melihat mereka masih canggung dan malu-malu ketika melangkah meninggalkan masjid sebagai pasangan sah suami istri. Saya cemburu, kapan ya giliran saya *hehehe*. Dan tak ketinggalan, saya heran, sebenernya fiqih nikah itu kan sederhana, tak perlu banyak pernak pernik. Tapi mengapa justru tradisi dan kebiasaan masyarakat kita membuat prosesi nikah itu menjadi hal yang memperlambat terjadinya ijab dan qabul.

# Untuk Farhad dan Vivian: Barakallahu lakum wa baraka 'alaykum wa jama'a bainakuma fii khayriin


{ps. foto ini kok romantis ya menurut saya}


http://ciptanti.multiply.com/

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 14:14  

0 comments:

Post a Comment