Pemaksaan dan keterpaksaan

Wednesday, 7 November 2007

Budaya diri itu tidak tercipta seketika. Ada proses panjang yang harus dilalui. Seperti sebuah pahatan yang berkelas, ia adalah paduan antara kreasi, ide, kesabaran, dan semangat kerja yang tak ada habisnya. Begitulah sebuah budaya diri yang baik. Ia mulanya -bahkan kebanyakan- adalah ‘pemaksaan’, lantas berubah menjadi kebiasaan. Lalu sesudah itu orang bisa mengalir dalam jalan kehidupannya yang baik. Dengan sesekali terjadi pasang surut semangat, tetapi ia tidak lupa dengan tujuan akhir hidupnya. Beberapa hal berikut, adalah buah yang sangat berharga dari ‘pemaksaan’ diri untuk menjadi baik.

1. ‘Pemaksaan’ membuat orang tidak terkejut dengan perubahan.

Tidak ada yang stabil dalam hidup ini. Seiring perginya pagi dan datangnya siang, selalu saja ada hal baru yang berubah. Kadang ia mengenakkan. Tak jarang pula ia menyesakkan. Orang-orang yang terbiasa hidup dengan semangat yang kuat, dengan ‘pemaksaan’, tidak akan terkejut dengan apa yang akan terjadi.

Hubungan antara pemaksaan diri dengan keterkejutan sangat dekat. Manusia adalah anak kebiasaannya. Jika ia terbiasa bersusah payah, ia tidak akan terkejut dengan kesusahan. Sebaliknya, mereka yang manja, yang tidak terbiasa dengan kesulitan, dan hanya mengerti hidup yang enak, akan sulit membiasakan diri dengan hal-hal yang sulit.

Selebihnya, sejarah anak manusia banyak membuktikan teori itu. Sungguh banyak cerita keberhasilan seseorang yang diawali oleh situasi sulit tapi ia tabah dan mampu melawan kesulitannya. Sungguh banyak kisah keterpurukan orang yang sulit bangkit karena ia tak mampu melawan dinamika hidup.

Bercermin pada peri hidup Rasulullah SAW saja, kita dapat memahami bagaimana proses penempaan pribadi pemimpin agung itu. Bagaimana ia sejak kecil hidup mandiri dan terlepas dari orang tua yang seharusnya terlibat dalam perjalanan hidupnya ketika itu. Rasul ditinggal oleh ayahnya sejak ia masih dalam kandungan ibunya. Tak berapa lama setelah lahir, giliran sang ibu yang meninggalkannya. Kemudian sang kakek yang mengasihinya. Di sela-sela itu, Rasulullah juga merasakan sulitnya menghidupi diri lewat upayanya sebagai penggembala kambing. Ia juga ikut mendampingi pamannya berdagang ke sejumlah tempat. Begitulah. Proses hidup itu antara lain yang makin menguatkan mental dan kepribadian Rasulullah hingga ia berhasil mengemban amanah Allah SWT untuk memperjuangkan akidah tauhid.

2. Pemaksaan itu kerap disadari manfaatnya di kemudian hari.

Tak terhitung manfaat yang bisa dirasakan dari pemaksaan suatu kebaikan. Seperti juga di akhirat kelak, baru tersadar bahwa manfaat pemaksaan diri begitu besar bagi upaya orang memohon masuk surga. Seringkali pemaksaan diri baru terasa manfaatnya kelak di kemudian hari. Seperti seorang anak kecil, yang selalu dipaksa ibunya menggosok gigi. Kelak, ia akan menyadari, betapa pemaksaan itu begitu memberi arti bagi kesehatan giginya di usia dewasa. Sementara si anak ketika itu, mungkin lebih merasakan kegiatan menggosok gigi itu sebagai beban yang memberatkan. Dalam konteks kehidupan dunia dan akhirat, seorang mukmin juga harus punya prinsip seperti itu juga. Betapa tidak ringan, memaksa diri untuk shalat malam, untuk berpuasa, untuk menjauhi larangan Allah. Tetapi betapa bahagianya orang di surga kelak, ketika ia mendapati balasan dari Allah, mendapati pahala yang telah dijanjikan Allah. Sesungguhnya surga itu dicelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai. Sementara neraka dikelilingi dengan hal-hal yang disukai. Maka, untuk mengharap surga Allah, salah satu jalan yang harus dilalui adalah memaksa diri untuk memilih jalan yang ‘tidak kita sukai’, dan meninggalkan jalan yang lebih ’disukai’.

Imam Ibnul Qayyim mengatakan, "Hendaknya para orang tua selalu membiasakan anaknya untuk bangun di akhir malam. karena ia adalah waktu pembagian pahala dan hadiah (dari Allah). Maka di antara manusia ada yang mendapatkan bagian yang banyak, ada yang hanya mendapatkan sedikit, bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkannya. Sesungguhnya jika seorang anak telah terbiasa bangun di akhir malam sejak masa kecilnya maka akan menjadi lebih mudah baginya untuk membiasakannya di masa dewasanya."(Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud, 241)

3. Pemaksaan memberi contoh yang baik

Pemaksaan memang terkesan berkonotasi negatif dan semena-mena. Tapi dalam konteks kebaikan, manfaatnya bisa dirasakan langsung, baik oleh orang yang memaksa, orang yang menjadi objeknya, bahkan juga oleh orang lain yang hanya sekedar melihat dan memperhatikan. Bagi orang yang memaksakan kebaikan kepada orang lain, biasanya akan menjadi cambuk untuk dirinya sendiri agar tidak melanggar apa-apa yang ia paksakan pada orang lain. Ini artinya, ia akan terpacu untuk tampil lebih baik dan lebih disiplin. Karena mau tidak mau ia sadar dirinya akan menjadi contoh dan ditiru oleh orang lain. Bagi yang menjadi objek pemaksaan, dalam konteks amal-amal yang baik, ia pun akan mendapatkan manfaat pembinaan dirinya. Sementara bagi orang lain, yang melihat bentuk pemaksaan dan pendisiplinan itu, akan berbuah ketertarikannya pada kebaikan yang ia saksikan. Bisa jadi juga ia akan mengikuti kebaikan itu pada akhirnya.

Contoh baik seperti ini kemudian akan juga dirasakan oleh generasi selanjutnya. Biasanya, fenomena ini berlaku antara pimpinan dan bawahannya. Antara ketua dan anak buahnya. Juga antara orang tua dan anakanaknya. Lalu mengalirlah cerita indah kekaguman kita pada orang-orang yang memaksakan kita dengan kedisiplinan. Muncullah komentar-komentar tentang pemimpin dalam perusahaan yang berhasil membentuk suasana kondusif untuk bekerja dan produktif. Keluarlah pengakuan bahwa hasil paksaan itu pada akhirnya telah menciptakan jiwa yang siap bertarung, bermental kuat untuk menghadapi keadaan dan sebagai bekal dalam meniti hidup. Kita pun jadi mengerti betapa indahnya harga sebuah kedisiplinan yang meski dipaksakan pada awalnya.

4. Pemaksaan mengurangi kebiasaan buruk

Jiwa manusia mempunyai potensi baik dan buruk. Selalu terjadi tarik menarik antara dua potensi itu. Allah SWT menyinggung masalah ini dalam istilah jalan untuk fujur (dosa) dan jalan untuk taqwa. Dua jalan itu terhampar di hadapan setiap orang. Tentu saja, jalan dosa secara lahir kerap menipu dan memperdaya. Keburukan kerap diselimuti oleh sesuatu yang melenakan. Sebaiknya kebaikan kerap dikelilingi oleh sesuatu yang sepertinya melelahkan. Di sinilah perlunya pemaksaan terhadap jiwa. Kecenderungan pada keburukannya harus ditahan atau setidaknya diminimalisir. Orang akan cenderung memilih sesuatu yang sifatnya santai, tidak menanggung resiko, bebas, merdeka, tanpa merasa tertekan. Tapi ini harus dilawan. Karena bila tidak, kecenderungan buruk itu akan terus menerus merongrong tak kenal henti.

Pemaksaan bukan saja diperlukan karena alasan ketidakmengertian orang untuk melakukan sesuatu. Untuk seorang anak, mungkin ia tidak mengerti kenapa ia harus melakukan ini dan itu. Tapi bagi seorang dewasa, kecenderungan hati untuk santai, menunda-nunda pekerjaan, menganggap remeh suatu masalah, harus dipaksa untuk diminimalisir. Proses ini memang akan berat. Tapi biasanya keberatan itu hanya terjadi di awal-awalnya saja. Selanjutnya, bila telah terbiasa dilakukan, maka aktivitas yang tadinya dipaksakan malah bisa menjelma menjadi sesuatu yang rutin dilakukan secara sukarela. Dan bahkan terasa dibutuhkan. Seseorang menjadi tidak enak bila belum melakukan sholat wajib. Seseorang bisa menjadi gelisah bila lalai membaca Al Qur’an. Seseorang bisa merasa tidak tenang tatkala belum mengeluarkan uang untuk zakat. Dan seterusnya.

5. Pemaksaan adalah benteng pertahanan terbaik

Pemaksaan adalah benteng pertahanan diri yang terbaik. Menjadi baik harus dipaksa dan diawasi. Kita bisa perhatikan bagaimana saat ini prilaku korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat, pengusaha, politisi, intelektual, dan kaum pegawai, tetapi juga oleh orang-orang yang berhubungan dengan lembaga-lembaga sosial, bahkan lembaga keagamaan. Di mana saja ketika ada kesempatan, orang akan melakukan korupsi. Dari kalangan atas hingga pegawai rendahan. Yang paling sederhana misalnya bisa ditemukan dalam bentuk pengutan dan tarikan iuran dari warga yang sering tidak dipertanggungjawabkan.

Kepanitiaan yang dibentuk dari warga sendiri tidak jarang juga berbuat nakal. Di kalangan pejabat dan kalangan atas lainnya korupsi tidak kalah atraktif. Seiring tuntutan pemberantasan korupsi-kolusi dan nepotisme (KKN), makin banyak pula kasus korupsi yang terkuak. Permainan akal-akalan antara pejabat dan pengusaha misalnya, telah mengakibatkan kerugian negara hingga ratusan triliun rupiah. Bagaimana mengerem itu semua? Dengan dipaksa agar keuangannya diaudit. Bisa dipaksa untuk tidak korupsi dengan ancaman hukuman penjara dan hukuman berat lainnya. Bisa dengan membentuk sistem organisasi yang bisa saling mengontrol dan sebagainya.

Dalam konteks pribadi, pemaksaan adalah benteng pertahanan paling ampuh untuk menahan arus hedonis, pelanggaran norma, kebebasan tanpa aturan, dan sebagainya. Karena tanpa adanya pemaksaan, yang lahir dari diri sendiri maupun orang lain, kuat kemungkinan kita akan terseret oleh arus-arus sosial yang kini menggejala di mana-mana.

Manfaat pemaksaan berbuat baik tak pernah habis. Karena saat perbuatan baik itu telah bisa dilakukan, maka itu adalah aset kebaikan yang terus mengalir. Mengalir, bagi orang yang melakukan pemaksaan, dan terutama bagi orang yang telah menjadi baik oleh pemaksaan itu. Ketika itulah, seseorang benar-benar menikmati indah dan manisnya sebuah pemaksaan. Wallahu’alam bishowwab.

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:41 0 comments  

Fitnah Perempuan

Tuesday, 6 November 2007

Allah telah menentukan bahawa ada perkara tertentu yang menarik perhatian di antara lelaki dan wanita. Dan untuk itu, Allah juga yang mengatur bentuk hubungan yang perlu dilakukan, agar di antara mereka tidak timbul perkara-perkara yang tidak diingini. Walaupun demikian, ramai juga manusia yang melanggar batas-batas tersebut sehingga mereka tertunduk malu kerana keterlanjuran yang mereka lakukan.

Lelaki yang tidak mampu mengawal dirinya daripada daya tarik yang ada pada wanita, pasti mudah untuk melakukan perkara-perkara yang menjadi larangan Allah Taala. Apabila membicarakan tentang fitnah wanita, bukan bermakna wanita itu jahat dan sukakan keburukan. Tetapi apa yang dimaksudkan ialah keadaan mereka itu mampu menjadikan lelaki lupa daratan dan apabila usaha pencegahan tidak dilakukan, akan berlakulah perkara-perkara yang tidak diingini. Ini sudah pasti apabila lelaki yang berkenaan tidak berhati-hati. Bagaikan binatang ternak yang memakan rumput berdekatan dengan padang larangan, adalah mudah bagi binatang itu memasuki kawasan tersebut.

Fitnah ini boleh berlaku dalam dua keadaan, iaitu sebelum berkahwin dan ketika atau selepas lelaki dan wanita ini bernikah. Sebelum bernikah, Islam menentukan adanya mahram dan yang bukan mahram. Antara lain, adalah untuk memudahkan manusia mengetahui orang yang dibolehkan mereka berhubung atau bergaul secara bebas dan yang tidak boleh berbuat demikian. Perlanggaran pada ketentuan ini akan mengakibatkan perkara mungkar yang berlaku.

Kebiasaannya manusia melakukan sesuatu yang tidak baik secara berperingkat-peringkat sesuai dengan bentuk kemungkaran itu. Bermula dari dosa kecil seperti melihat, bertemu & bercakap-cakap (berdua-duaan), berpegangan dan bersentuhan kulit dan akhirnya melakukan dosa besar.

Orang yang berzina sebenarnya tidak ada harganya di sisi Allah, kecualilah dia bertaubat. Mengatasi masalah zina tidak dapat diatasi hanya dengan menyediakan rumah rumah kebajikan bagi mereka yang telah terlanjur. Apa yang utama ialah memberi kefahaman kepada mereka tentang panduan agama dalam masalah ini dan dalam masalah kehidupan yang lain. Islam dalam masalah ini, memperuntukkan hukuman yang berat kepada penzina, kerana mereka telah bersungguh-sungguh untuk memulakannya. Setelah berkahwin pula, seorang suami kadangkala tidak berupaya memimpin dengan baik dan sempurna. Ketenangan yang sepatut dikecapi semasa bernikah, hanya menjadi impian kosong. Bernikah dengan wanita pilihan hati rupanya tidak seindah namanya. Sebabnya ialah proses dan matlamat perkahwinan tidak menjejaki apa yang telah digariskan oleh Allah. Kecantikan yang menjadi dasar pilihan itu rupanya bagaikan memetik mawar yang berduri yang tidak ada wanginya yang harum. "Hai orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (At-Taghaabun: 14)

Keadaan ini sebenar bukan suatu yang merendah-rendahkan wanita. Andaikata mereka mendapat pendidikan yang baik serta memahami tuntutan agama dalam perkara-perkara yang dihadapi, mereka justeru menjadi pendorong yang digigih. Sesuai dengan kejadian mereka seumpama daripada tulang rusuk yang bengkuk, kepemimpinan yang baik daripada pihak lelaki akan mampu membawa mereka ke jalan yang lurus. Jika demikian gambaran keadaan fitnah yang dihadapi melalui wanita, tentu lebih hebat keadaannya bilamana wanita itu aktif dalam perkara-perkara sumbang. Kalau dalam masjid dan dalam rumah tangga keadaan boleh menjadi tidak tenteram kerana kurang fahamnya wanita terhadap sesuatu, tentulah lebih mencabar jikalau keadan ini digiatkan bila berada di luar masjid dan rumahtangga. Rasulullah saw pernah memberi pesanan kepada para sahabat baginda yang selalu duduk-duduk ditepi jalan agar menjaga hak-hak jalan, iaitu menjaga pandangan, tidak mengganggu orang yang lalu, menjawab salam serta melakukan pencegahan maksiat. (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudry). Ini bermakna, setiap anggota masyarakat akan menerima akibatnya apabila suasana maksiat disuburkan khususnya melalui wanita-wanita jahat.

Tercatit dalam sejarah Islam, bahawa ayat 1-2 Surah at-Tahrim turun disebabkan angkara isteri-isteri baginda. Ketika baginda habis meminum madu di rumah isteri baginda Saudah, dia berkata bahawa ada bau yang busuk. Begitu juga ketika baginda selesai meminum madu di rumah Aisyah, dia diberitahu bahawa ada bau yang busuk. Lalu Rasulullah saw kerana untuk menjaga hati isterinya telah berjanji untuk tidak meminum madu lagi. Allah lalu menurunkan firman Nya :
"Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, kamu mencari kesenangan hati isteri-isteri kamu?" (at-Tahrim :1) Perlu ditegaskan bahawa fitnah wanita tidak selalunya datang dari arah wanita itu sendiri. Bahkan selalunya godaan nafsu dalamlah yang menjadi pendorong bagi lelaki untuk mendekati wanita dan melakukan maksiat.

Oleh kerana itu, wanita atau isteri bukanlah musuh yang sebenarnya yang perlu dijauhi. Perlakuan yang berlaku adalah antara dua jenis ini adalah gambaran umum tentang bentuk perhubungan yang diwujudkan. Apabila masing-masingnya memberi perhatian yang wajar untuk sama-sama membina kebahagiaan, maka mereka akan mengecapinya dengan sempurna.

Abu Hurairah ra berkata bahawa Rasulullah saw bersabda : "Sesempurna iman seseorang ialah yang paling baik budi pekertinya,dan sebaik-baik kamu ialah yang terbaik pergaulannya terhadap isterinya." (Riwayat Tirmizi) Dan dalam sebuah hadi dari Abdullah bin Amru al-Ash, bahawa Rasulullah bersabda : "Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita yang solehah." (Riwayat Muslim)

Penegasan Islam tentang keadaan wanita dan potensi mereka untuk samada membangunkan atau meruntuhkan umat adalah suatu kenyataan yang perlu catitan semua pihak. Mereka perlukan bimbingan dan pimpinan yang baik.

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Fenomena

Monday, 5 November 2007

Album: Tika Itu
Munsyid: UNIC


Fikiran ku melayang jauh
Merenungkan sesuatu
Gusar yang bisa kau beri pandangan

Melewati di dalam diri
Di fenomena ini
Tak henti jua berkali terjadi

Ada selisih yang mengguris
Selama berdiam diri
Hati membahang di dalam
Bagaikan api di dalam sekam

Masih ada keraguan
Menitip persoalan
Walau cuba dibajai
Namun masih ada
Yang berkeluh kesah

Setulusnya hati ni
Memulih silaturrahim
Sendu merantai
Kerinduan simfoni syahdu
Menjadi teman diri

Kasih saudara
Jadi pudar warna
Kerna hasutan semalam
Bisakah berlalu pergi

Kita bersaudara
Mengapa perlu sengketa
Biarkan ia pergi


Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Jalan Raya

Sunday, 4 November 2007


Sepet eh mata macam orang cina? Ada keturunan cina kot, tapi macam mana entah kulit boleh gelap macam bangla hehe..



Tengok apa tu?



"Ril tengoklah. Dah lah pakai macam ni, abih santai tepi pool. Tak senonoh seh"



Tawadhu n_n



Remy, Ridzwan, spiderman_pink, Saiful



Jalan Raya kan? :D

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Senyap je..

Saturday, 3 November 2007

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Entri bermusim

Friday, 2 November 2007

Banyak sketsa berbeza di hadapan saya. Situasi yang banyak orang lalui, sudah ada pilihan tetapi tidak punya wang untuk langsungkan. Ada wang, tiada pilihan. Ada pembiaya, tiada pilihan. Tiada pembiaya, terlalu banyak pilihan. Akhirnya? Tersadai sendiri memikirkan bagaimana mahu mengumpulkan duit. Kehendak fitrah dilupakan, langkah berjaga-jaga diabaikan.

Ada juga situasi tidak sepadan. Yang perempuan, terlalu baik. Suaminya tahi judi, kaki botol, kaki bola, kaki perempuan, dan segala yang berbeza. Bila lelaki baik, isterinya pula pisau cukur, main kayu tiga, juga segala yang berbeza. Yang macam pinang dibelah dua, ketika hari kejadian -- hari kenduri. Selepas itu macam langit dengan bumi. Sama cantik sama padan cerita mereka tidak popular. Sama jahat dan sama buruk adalah juga jarang-jarang.

"Kamu taknak kahwin ke?" tanya seorang ibu kepada anak yang asyik dilamun cinta. Sudah ada pilihan.

"Nak! Duit aje tak ada." jawab anaknya.

"Ish kamu ni, tak malu. Kot ye pun, coverla sikit." respon si ibu.

Terserdak saya dibuatnya. Jika saya ada jumlah duit yang diperlukan, saya terlalu ingin berikan kepadanya semua. Supaya dapat berbuat lebih dari berkata-kata. Hari ini, saat ini, doktrin mesti kumpul duit sebelum kahwin ditanam di hati anak muda. Baru kenal, kawan dulu. Kenal hati budi dulu. Subhanallah! Begitu bercanggah dengan apa yang dituntut agama.

"Yalah, bila dah kahwin, bebas nak buat apa pun. Sekarang pegang sikit-sikit boleh lah." jelasnya.

Baru lega terserdak, sambung pula dengan batuk. Oh, itukah definisi perkahwinan di minda masyarakat sekarang? Saya terkaku. Jatuh hati pun sudah bikin saya malu hingga mahu membenamkan diri ke dalam kerak bumi, mereka memandang perkahwinan begitu. Nak kata anak yatim, selalu sahaja hubungi ibu bapa. Anak tidak sah taraf pun ada walinya! Siapa? Pemerintah negeri.

Kahwin dengan perempuan adalah sunnah yang ditinggalkan oleh Rasulullah kepada lelaki. Kahwin juga digalakkan kepada anak muda. ADA SYARAT.. jika mampu. Mampu dari semua aspek. Jika ada satu aspek kurang tetapi boleh selesai jika dibantu, mengapa tidak dihulurkan bantuan? Mempermudahkan, bukan menyusahkan.

Apa lagi yang mahu saya lontarkan? Begini, jika kerja makan gaji, setiap bulan sudah pasti dia ada jaminan pendapatan. Hanya menyediakan belanja perkahwinan besar-besaran sahaja dia tidak mampu. Sekadar mahar yang ditetapkan oleh negeri masing-masing dia masih mampu. Mengadakan kenduri juga mampu. Tetapi, hantaran yang bermacam jenis sekadar perhiasan tontonan ramai serta jadi milik mutlak isteri dia tidak mampu. Kata mahu ikut kemampuan... kalau sudah 11 dulang berbalas 13, perempuan pun tidak mampu. Belanja makan beribu orang tetapi hidup selepasnya ibarat kais pagi makan pagi buat apa?

Seorang pelajar pastilah setiap semester dibiaya. Sama ada pinjaman, biasiswa atau peruntukan ibubapa. Tolak mereka yang dibiaya ibubapa. Penerima biasiswa, perlu memohon izin. Kahwin begitu sahaja mungkin menyebabkan jaminan pembiayaan hidup sementara belajar ditarik. Pinjaman, pemberi pinjam mahu tarik? Tak mahu untung ke? Lagi lambat peminjam bayar, kan lagi banyak bunga yang akan dia dapat.. setakat ini saya tidak pernah dengar pinjaman ditarik kerana berkahwin. Lagi dia kejar suruh bayar adalah. Jadi siapa bijak mengatur kewangannya, tentu belanja hidup seorang diri dapat menampung dua orang.

Jaminan rezeki dan maut di tangan Allah. Siapa tahu dia masih dapat menikmati makan tengahari walhal waktu itu poketnya sudah kering? Satu sen pun tiada. Sedang berjalan mengira waktu, ada orang mengajaknya makan. Dibelanja. Sedang kamu tidak bersuara langsung tentang keadaan kewangan waktu itu. Itu lah rezeki manusia yang Allah tetapkan. Bila tiada makanan, Allah mahu lihat bagaimana kamu mengatasinya tetapi pada masa yang sama Allah juga sudah tetapkan di mana saluran rezeki itu. Ini jugalah perinsip ulat dalam batu pun boleh hidup.

Asyik disoal-soal bila cukup duit, tawarkanlah untuk biaya. Kan dapat pahala.. menyatukan dua jiwa dengan cara halal. Nikah, satu-satunya cara lelaki dan perempuan boleh bergaul berdua tanpa gangguan. Jika diganggu, pengganggu boleh didakwa. Syaitan pun takut dengan lafaz akad itu. Bergaduh sebaik selepas akad? Syaitan mana boleh duduk diam.. kan ikrar dia nak kacau anak cucu adam hingga kiamat? Itu kerja dia. Kita buat kerja kita. Kan suka bersikap keakuan? Dengan syaitan patut dilaksanakan.

Saya bayangkan kehidupan orang dulu-dulu. Lembu pelihara sendiri. Sekandang. Sayur pun tanam sendiri. Apa lagi? Pakaian, cukuplah sekadar pakaian baru. Jemputan... mulut ke mulut sudah memadai. Lauk pauk kenduri, masak beramai-ramai. Tetamu bawa aja apa-apa hadiah mengikut kemampuan. Yang ini berubah mengikut struktur sosial. Di kampung-kampung, sekampit gula masih memadai. Atau beberapa tin susu. Bukan setakat kerja kenduri kendara dilakukan bersama-sama. Pindah rumah juga begitu. Saya sudah lupa iklan apa, pindah rumah maksudnya angkat rumah ke tapak yang baru. Sama ada dindingnya diceraikan kemudian dipasang semula atau angkat beramai-ramai.

Hari ini wedding planner pun guna khidmat perunding.. manalah belanja kahwin tidak mencecah puluhan ribu! Lainlah jika ada penyumbang biaya perkahwinan bagi yang tidak mampu.. masyarakat masih malu mendapatkan pertolongan dalam hal ini. Masih mengejek mereka yang dinikahkan dan diraikan beramai-ramai. Jika ia dapat mengurangkan belanja, tidak salah bukan? Buat apa membazir.. kenduri kan sebagai hebahan kepada umum bahawa lelaki dan perempuan berkenaan sudah berkahwin?

Bagi yang berfikir, solusi terbaik ialah sawm. Tak perlu jalinkan hubungan tidak halal jika tidak mampu. Bukan orang lain yang sarankan. Rasulullah juga. Puas a. Teringat satu kiai berikan definisi: puas agama. Umumnya tahan lapar dahaga. Sawm lebih dari itu. Ia pemisah antara hak dan batil. Perisai dari melakukan perkara yang Allah tidak suka. Jangan tak tahu, perkara yang disukai Allah paling dibenci syaitan yang direjam.

Ada pilihan, tak ada pilihan, nikah kahwin ni tuntutan fitrah. Seperti tidak makan boleh mati, tidak kahwin pun boleh maut. Setidak-tidaknya gila. Kan banyak syair-syair lahir akibat cinta? Cinta terhalang terutamanya. Tak percaya? Cari buku ibnu qayyim berkenaan cinta. Yang saya ada itu terjemahan terbitan pustaka hidayah enterprise.

Cinta Ilahi lebih susah digapai berbanding cinta makhluk. Padanlah hadis qudsi menyebut, selangkah hambaKu mendekatiKu, akan kudekatinya seribu langkah..

http://maryamabuahmad.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Nikah Muda, Anak Panjang Usia

Thursday, 1 November 2007

Apakah Anda berpeluang hidup lebih dari 100 tahun? Tanyakan kepada ibu, berapa usianya saat mengandung Anda. Sebab menurut riset yang dilakukan para peneliti di AS, usia ibu saat melahirkan ikut mempengaruhi peluang panjang atau pendek umur anaknya kelak.

Tim peneliti dari Universitas Chicago, AS, menemukan, orang yang dilahirkan saat ibunya berusia kurang dari 25 tahun cenderung berusia hingga 100 tahun atau lebih. Peluangnya dua kali lipat dibandingkan orang-orang yang dilahirkan saat ibunya berusia diatas 25 tahun. Studi yang dilakukan terhadap 198 orang AS yang usianya lebih dari 100 tahun. Mereka lahir antara tahun 1890-1893. Orang yang panjang usia lebih dari 100 tahun itu umumnya anak pertama. Setelah dianalisis lebih mendalam para peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan ini erat kaitannya dengan kenyataan bahwa anak-anak pertama itu dilahirkan saat ibunya baru berusia 20 tahunan. Temuan ini dipresentasikan pada pertemuan masyarakat gerontologi (Ilmu Usia Lanjut) AS, Minggu (19/11). Sebelumnya hasil penelitian yang didanai National Institute on Aging and the Society of Actuaries ini telah dipaparkan pada pertemuan Asosiasi Populasi AS, April 2006. Data Biro Sensus AS menunjukkan jumlah orang yang berusia diatas 100 tahun disana meningkat dari 37 ribu menjadi 55 ribu dari tahun 1990 ke 2000. Dari data itu pula, wanita punya peluang tiga hingga lima kali lebih besar mencapai usia 100 tahun dibandingkan dengan pria.

::Dikutip dari Pikiran Rakyat Kamis 30 November 2006.

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 12:21 2 comments  

Hantaran tinggi cetus rasa riak

Wednesday, 31 October 2007

Mukadimah
Menyebut perkataan kahwin memang mudah. Namun, proses persediaan ke arah mendirikan rumah tangga tidak semudah ia disebut. Selepas proses meminang gadis yang diminati, timbul pula soal wang hantaran. Jika bernasib baik, jumlahnya berpatutan. Jika sebaliknya, ia mungkin mencecah lima angka.

Malah, ada ibu bapa yang seperti ‘berlumba-lumba’ meletakkan harga wang hantaran anak perempuan mereka.

Inilah yang menggerunkan sesetengah lelaki untuk mendirikan ‘masjid’ sedangkan keinginan untuk berkahwin amat tinggi. Sedangkan wanita yang solehah itu adalah sebaik-baik harta benda. Ini berdasarkan hadis Rasulullah s.a.w., Dunia itu harta benda dan sebaik-baik harta benda dunia ialah perempuan yang solehah. (Riwayat Muslim).

Bagi mendapatkan pandangan dari sudut agama, wartawan, MOHD. RADZI MOHD. ZIN menemu bual Ketua Pendaftar Nikah, Cerai dan Rujuk Negeri Selangor, Aluwi Parman di pejabatnya di Bangunan Sultan Idris Shah, Shah Alam, Jumaat lalu bagi mengupas isu hantaran perkahwinan yang tinggi ini.

Dan untuk mewakili wanita pula, pada hari yang sama wartawan SADATUL MAHIRAN ROSLI menemu bual Prof. Datuk Dr. Nik Safiah Karim. Beliau ialah Ketua Pertubuhan Tindakan Wanita Islam (Pertiwi) merangkap Pengerusi Majlis Perunding Wanita Islam Malaysia (MPWIM).

Hasil temu bual berkenaan, mereka sependapat bahawa hantaran tinggi ini boleh menimbulkan rasa riak atau takbur yang sudah bertentangan dengan Islam. Bagi mereka, perkahwinan perlu mengambil kira kemampuan seseorang, bukan bertujuan menunjuk-nunjuk ‘anak siapa lebih mahal’. Apa yang membimbangkan, akibat hantaran tinggi akhirnya pasangan berkenaan menanggung hutang selepas beranak-pinak.

MINGGUAN: Wang hantaran yang tinggi seolah-olah menjadi trend sehingga ada lelaki yang sanggup meminjam dan menanggung hutang bagi memenuhi kehendak keluarga wanita. Adakah tindakan ini wajar?

DR. NIK SAFIAH: Wang hantaran merupakan satu aspek budaya masyarakat Melayu yang telah diamalkan dalam majlis perkahwinan. Ia adalah pemberian ikhlas pihak lelaki kepada wanita yang ingin dikahwini. Namun budaya itu telah disalahgunakan sehingga menyusahkan lelaki. Hantaran tinggi telah menjadi trend untuk menunjuk-nunjuk bahawa lelaki mampu dan dari keluarga berada serta berjaya menawan hati perempuan yang mempunyai peminat ramai. Kadangkala pihak perempuan yang meminta manakala lelaki malu menolak untuk menjaga maruah. Apabila yang diminta terlalu tinggi sehingga tidak termampu, maka berlakulah pinjam-meminjam dan bergolok bergadai.

Sebaik-baiknya perkahwinan itu dimulakan dengan keadaan yang baik tanpa masalah kewangan yang boleh membawa kepada kemudaratan sehingga merosakkan keharmonian rumah tangga. Pada saya, wang hantaran tinggi bukan perkara yang membanggakan tetapi menyusahkan. Pada saya, adalah manis jika hikmah yang dipraktikkan oleh masyarakat dahulu diguna pakai iaitu pemberian itu bagi menunjukkan penghargaan pihak lelaki kepada perempuan. Gejala ini harus ditangani kerana ia mempunyai lebih banyak kesan negatif daripada positif.

Adakah isu ini merupakan punca utama peningkatan golongan membujang?

DR. NIK SAFIAH: Itu sudah pasti, tetapi kesan jangka panjang yang mungkin berlaku ialah kaum lelaki akan ragu-ragu mengambil langkah meminang dan mendirikan rumah tangga. Maka ramailah pasangan lelaki dan perempuan yang hanya berkawan tanpa ikatan perkahwinan. Perkara ini tidak akan membawa kesan yang baik pada masyarakat kita.

Apakah kesan akibat penentuan jumlah wang hantaran yang tinggi ini?

DR. NIK SAFIAH: Antaranya kesan ekonomi. Bagi yang mampu, ini tidak membebankan tetapi apabila diikuti oleh pihak yang tidak mempunyai kewangan yang kukuh, maka ini memberi kesan bukan sahaja kewangan pihak lelaki malah ekonomi negara kerana bakal melahirkan ramai pemiutang.

Kedua, dari segi agama iaitu perasaan riak dan hendak menunjuk-nunjuk. Kita perlu menjadi masyarakat yang sederhana. Bagi yang ada duit dan membuat kenduri besar, lebih baik membuat ibadah iaitu bersedekah duit itu kepada rumah kebajikan.

Ketiga, dalam jangka masa panjang, bilangan yang hendak berkahwin akan berkurangan, sekali gus meningkatkan bilangan gadis dan teruna yang membujang. Dalam keadaan ini mereka terus bersahabat tanpa perkahwinan dan akan membawa kepada gejala sosial seperti bersekedudukan dan berzina.

Keempat, bebanan hantaran melewatkan tarikh perkahwinan kerana terpaksa menyimpan wang yang banyak. Apabila kahwin lewat, anak pun sedikit.

Kelima, kahwin lari akan bertambah.

Jelaslah, hantaran tinggi tidak patut digalakkan kerana bakal meruntuhkan institusi perkahwinan.

Siapakah yang selalunya menentukan jumlah wang hantaran?

DR. NIK SAFIAH: Kadangkala bukan pasangan yang menentukan tetapi ibu bapa dan saudara-mara. Saya harap saudara-mara tidak campur tangan. Bagi saya wang hantaran itu hanyalah sebagai ukuran. Katalah wanita itu siswazah dan bakal suaminya siswazah, maka kerana taraf kelulusan dan pekerjaan yang baik, hantaran tinggi. Ini bukan cara terbaik. Permintaan perempuan biarlah berpatutan.

Saya ingin menekankan kepentingan perbincangan antara pasangan, perlu ada persefahaman antara keluarga. Kadang-kadang satu pihak sengaja hendak meninggikan harga itu iaitu pihak lelaki. Kita berharap kesederhanaan pada kedua-dua pihak.

Apakah faktor dalam menetapkan hantaran?

DR. NIK SAFIAH: Bergantung kepada kedudukan kedua-dua pihak. Bagi pihak perempuan mungkin kelulusan manakala pihak lelaki pula kemampuannya. Yang lain ialah kerelaan hati, berapa banyak pihak lelaki sanggup memberi tetapi janganlah terlalu murah hati. Selain itu, kedudukan keluarga itu dalam masyarakat. Misalnya hendak pergi meminang itu anak pak imam, anak guru besar, jumlahnya mungkin lain bagi menghormati kedudukan bapa perempuan dalam masyarakat.

Dalam pada itu, perbandingan dengan pihak-pihak lain jangan dijadikan faktor.

Jika dilihat keadaan ekonomi dan kos perbelanjaan perkahwinan yang semakin tinggi, apakah kadar minimum wang hantaran?

DR. NIK SAFIAH: Saya berpendapat antara RM5,000 hingga RM10,000, bergantung kepada latar belakang pihak berkenaan. Jika lebih daripada RM10,000 itu agak banyak dan tinggi kerana wang hantaran itu hanya sebahagian daripada persiapan perkahwinan itu. Ini belum termasuk barang hantaran seperti barang kemas, hadiah-hadiah seperti sepersalinan pakaian, alat solek, set dandanan diri, jam dan telefon bimbit yang harus diberi oleh pihak lelaki. Ini bermakna lelaki bukan sekadar terpaksa menyediakan wang hantaran, tetapi barangan lain yang jumlahnya mencecah ribuan ringgit.

Daripada mengadakan majlis kenduri yang besar-besar, apa salahnya wang itu diberikan kepada pihak pengantin untuk memulakan rumah tangga seperti membeli perabot dan menyewa rumah.

Adakah budaya pemberian wang hantaran ini boleh dihapuskan?

DR. NIK SAFIAH: Sebenarnya wang hantaran merupakan unsur budaya yang waktu dahulu ada hikmahnya. Namun untuk menghapuskan bukan mudah terutama di kalangan orang tua dan keluarga perempuan yang berpegang kuat pada budaya itu. Apa yang boleh kita lakukan ialah menunjukkan aspek keburukan ini dan melalui pendidikan. Kita mahu melahirkan generasi yang mempunyai perspektif lebih sihat. Kita juga tidak mahu menghapuskan unsur budaya yang pada asasnya mempunyai gejala baik iaitu sebagai hadiah dan tanda kasih sayang kepada isteri dan kalau perlu gunakan untuk kebaikan pasangan yang berkahwin.

Adakah mungkin, disebabkan hantaran tinggi lelaki akan memilih wanita negara lain yang tidak memerlukan wang hantaran yang tinggi?

DR. NIK SAFIAH: Ia mungkin berlaku, bukan sahaja di negara ini tetapi juga di negara Asia Barat di mana hantarannya terlalu tinggi. Mereka lebih senang mencari wanita dari luar. Perkara ini mungkin berlaku di Malaysia sekiranya isu ini tidak dibendung. Saya risau jika perkara ini benar-benar berlaku, maka banyak kesan negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Apabila seseorang berkahwin dengan bangsa lain, maka budaya turut berubah. Begitu juga yang berkahwin dengan yang tidak seagama, mungkin menimbulkan masalah penerapan nilai-nilai agama dalam diri pasangannya.

Terdapat fenomena segelintir umat Islam mencari angka tertentu dalam menentukan jumlah wang hantaran kononnya mempunyai tuah.

DR. NIK SAFIAH: Perkahwinan ini perkara yang serius dan harus dilalui dengan perasaan khusyuk. Walaupun cantik beberapa angka dan membawa pengertian khusus bagi pasangan seperti tarikh lahir dan sebagainya, saya rasa pemilihan berdasarkan itu tidak sesuai dan kadangkala menyusahkan untuk menyebutnya semasa akad nikah. Sebenarnya kita tidak ada budaya mempercayai angka boleh membawa tuah melainkan budaya Cina yang mempercayai angka boleh membawa kerahmatan kepada mereka.

Adakah wajar beban wang hantaran yang tinggi itu dikongsi bersama dengan ahli keluarga supaya pihak lelaki tidak malu?

DR. NIK SAFIAH: Kalau perempuan sedar bahawa pihak lelaki tidak begitu mampu, janganlah minta terlalu banyak. Tetapi kalau keluarga sanggup membantu, eloklah daripada dia meminjam dari sumber yang tidak begitu sesuai. Tetapi adalah lebih penting tidak membebankan keluarga.

Sudah sampai masanya keadaan yang bersesuaian dicari untuk memudahkan perkahwinan ini. Mungkin Prof. ada cadangan.

DR. NIK SAFIAH: Pertamanya seseorang lelaki yang hendak mendirikan rumah tangga mesti membuat persiapan. Jika tidak bekerja, carilah pekerjaan. Kalau sudah bekerja, mula dari awal menyimpan duit dan jangan membebankan ibu bapa. Lainlah ibu bapa orang senang dan merupakan anak tunggal.

Setelah bersedia ingin berkahwin, adakan perbincangan antara pihak lelaki dan perempuan supaya pihak perempuan mendapat tahu keupayaan pihak lelaki dalam soal hantaran. Saya juga berharap wang hantaran jangan digunakan semata-mata sebagai perbelanjaan untuk kenduri besar. Dalam hal ini soal berjimat cermat perlu dititikberatkan. Kesederhanaan dan keinsafan sebagai orang Islam yang soleh harus diterapkan, jangan sekali-kali meniru apa yang dibuat oleh jiran dan artis.

Bagaimana pendapat Prof. supaya wang hantaran dijadikan mas kahwin bagi mengelakkan wang tersebut dibelanjakan untuk kenduri?

DR. NIK SAFIAH: Susah. Mas kahwin itu wajib dan hak perempuan. Wang hantaran sebagai mas kahwin itu boleh dijadikan cadangan tetapi hakikatnya, pemberian wang itu merupakan unsur budaya dan telah menjadi amalan akan digunakan untuk perbelanjaan kenduri dan membeli perkakas perkahwinan.

Apa yang boleh dilakukan ialah berkempen untuk mengurangkan jumlah wang hantaran atau diberikan kepada pasangan memulakan kehidupan baru.

Bagaimana untuk menerapkan kesedaran keburukan pemberian wang hantaran yang tinggi?

DR. NIK SAFIAH: Saya rasa aspek ini perlu dibincangkan dalam kursus perkahwinan atau diselitkan dalam salah satu mata pelajaran di sekolah-sekolah menengah secara tidak langsung. Begitu juga semasa khutbah dan ceramah-ceramah agama.

(Sumber diperolehi daripada Utusan Malaysia Online - kolum Rencana, bertarikh 13 Mei 2007)

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 18:18 0 comments  

Pernikahan dan Wang Hantaran

Tuesday, 30 October 2007

(Jangan baca kalau tiada akal untuk memikirkan dan tiada kesabaran untuk menerima kenyataan)

Daripada Abi Hatim Al-Muzni ra yang berkata telah bersabda rasulullah salallahualaihiwasalam : Sekiranya datang kepada kamu lelaki yang kamu redhai agama dan akhlaknya maka nikahkanlah dia sekiranya kamu tidak melakukannya maka akan berlakulah fitnah dan kerosakan di muka bumi (hadith sahih riwayat Tirmidzi no. 1085 dan sepertinya dari Ibn Majah dan Hakim).

Adat Melayu dan Malaysia sudah sampai masanya diganti dan ditukar dengan pengamalan sunnah dan pertunjuk Islam yang sahih. Kedengaran sana sini zina dan bersekedudukan di luar nikah menjadi biasa dan ibu bapa bodoh, pak cik dan ahli keluarga gila babi masih menetapkan wang hantaran ribuan ringgit bagi anak gadis mereka.

Bukan sahaja kita ada pusat akademik sia-sia yang melatih anak-anak muda remaja menjadi pengamal cara hidup barat dan menjadi perlaku maksiat profesional dan bukan sahaja kita ada rancangan realiti televisyen yang menghasilkan kehancuran akhlak bahkan persekitaran, suasana masyarakat kita telah rosak dari institusi pemerintahan hinggalah kepada kekeluargaan.

Secara ikhlas ana kerap dimarahi oleh pihak ibubapa kerana selalu memusuhi mereka dalam tulisan ana apabila menyentuh soal kemasyarakatan. Tentulah ana perlu memarahi golongan ibubapa dan keluarga kerana segala punca masalah keruntuhan sosial dan penghinaan kepada agama bermula dari keluarga.

Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah maka ibu bapanya yang menjadikan dianya (anak mereka) yahudi atau nasrani atau majusi (hadith sahih riwayat Bukhari no. 1293 dan Muslim no.2658).

Sekiranya sebuah faraj wanita dirobek oleh sebuah zakar secara zina maka siapa yang harus dipersalahkan ? Sebelum menunding jari kepada anak lelaki yang mempunyai zakar itu dan sebelum menyalahkan anak gadis yang menghulurkan farajnya itu maka ana terlebih dahulu akan menyalahkan ibubapa dari kedua-dua belah pihak.

Sikap degil, jahil, bodoh, bahlul, goblok, sendat otak, akal sempit, saluran darah tersumbat dan pelbagai lagi kerosakan akal dan mental pihak keluarga yang mengakibatkan anak-anak mereka terjebak dalam kemaksiatan dan kedosaan serta perkara yang haram.

Mereka wajib dipersalahkan kerana mereka tidak menikahkan anak lelaki mereka demi mengelakkan dari terjebaknya kepada zina dan juga mereka wajib dihukum oleh hukuman takzir dibawah pemerintahan Islam apabila mereka meletakkan harga yang mahal bagi maskahwin dan duit hantaran untuk anak gadis mereka sehingga menyusahkan pernikahan.

"Ketahuilah sesungguhnya harta kamu dan anak-anak kamu ialah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah itulah ganjaran yang besar"(Al-Anfaal : 28).

Perkara yang halal dipersusahkan dan dipersulitkan hanya kerana perihal duniawi dan material konon untuk mengadakan persalinan, hantaran, hiasan dan kad jemputan dan pelbagai lagi.

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan janganlah kamu melampaui batas sesungguhnya Allah tidak suka kepada golongan yang melampaui batas” (Al-Maidah : 87).

Baginda rasulullah bernikah dengan mudah, demikian para sahabat dan golongan salaf soleh manakala golongan bodoh serta ibubapa jahil hari ini yang bodoh ini mempunyai anak gadis yang tidak pun mampu menghafaz Al-Qur’an, wajah yang cantik seperti lembu dan akhlak yang sangat manis dan lembut seperti monyet yang terlepas dari hutan lalu diletakkan mahar dan hantaran ribu-ribuan ringgit.

Kebanyakkan wanita Malaysia hari ini yang pakaiannya pun jarang dan ketat, menampakkan bentuk badannya sehingga boleh ditatap oleh mana-mana lelaki, kemahiran memasak yang mencapai tahap cipan, hobi yang mulia dengan menonton filem Hindustan dan Korea serta wajah cantik hasil percampuran benih ibu dan ayah yang tidak soleh dan tidak bertaqwa dan membesar dalam persekitaran sosial dan maksiat lalu diletak harga ribuan ringgit apabila dipinang hanya kerana hasil solekan dan kesan khas (side-effect) memang membuatkan ramai lelaki teraniaya apabila terpaksa bersusah payah mendapatkan wanita seperti ini sebagai teman hidup.

Dari riwayat Abu Zar ra bahawa baginda nabi pernah bersabda : “Dan pada kemaluan (persetubuhan) kamu itu sedekah” lalu baginda ditanya oleh sahabat, wahai rasulullah apakah seseorang yang memenuhi syahwatnya (dengan isteri) itu mendapat pahala ? maka dijawab oleh baginda : “Apakah kamu tidak melihat bahawa jika seseorang itu meletakkan syahwatnya pada yang haram itu satu dosa ? Maka demikianlah jika dia meletakkan syahwatnya pada yang halal maka baginya pahala” (hadith sahih riwayat Muslim no 1006 dan Abu Daud no 1286)

Sangat sedih dan kasihan kepada lelaki yang ingin bernikah kerana mahu menjaga agamanya dan menyalurkan nafsu dan fitrahnya kepada yang halal, yang inginkan menegakkan sebuah keluarga muslim yang soleh, yang ingin mempunyai anak-anak dan generasi soleh terpaksa menghadapi dilema ini. Bayangkan lelaki seperti ini sekiranya mahu mendapatkan kepuasan sudah lama bohsia di jalanan dapat dijadikan sebagai teman.

Tidak susah mendapatkan haiwan yang mempunyai faraj yang berkeliaran di jalanan dan lorong-lorong kota raya dengan hanya bayaran berapa puluh dan ratus ringgit sudah boleh untuk menikmati tubuh pelbagai bangsa. Juga sekiranya lelaki-lelaki ini mahu bukankah sangat mudah mengambil peluang kepada pelajar-pelajar sekolah menengah dengan skirt biru atau gadis genit dari kilang atau wanita cantik dari kolej atau universiti.

Hanya kerana lelaki-lelaki Islam di Malaysia yang masih beriman mahu mencari pasangan yang halal dan mahu menamatkan zaman bujang dengan bernikah bukan dengan berzina maka mereka terpaksa pula berdepan kerenah keluarga pihak wanita yang rosak aqidah, iman dan akhlak dan gila duitan dan hiburan.

Sudahlah setelah terpaksa bersusah payah mendapatkan seorang wanita yang dibeli melalui bayaran yang mahal dari keluarganya maka pihak lelaki terpaksa pula menyara hidup wanita ini, mencari rezeki dan memberi nafkah dan kemudian mesti pula melayan keluarga pihak wanita itu baik-baik. Mereka bukan sahaja terpaksa mengajar, mendidik wanita ini faham Islam dan agama, terpaksa pula memastikan wanita ini metaati Allah, menyuruh mereka melakukan kebaikan dan melarang mereka dari maksiat kepada Allah swt.

Sangat ramai wanita malas solat konon alasan mereka itu cuti dan belum termasuk dengan tidak menutup aurat dan menjaga lisan dan bicara mereka dari fitnah, mengumpat dan mengeji. Bahkan sekiranya wanita ini melakukan dosa dan kemaksiatan maka pihak lelaki pula yang terpaksa menanggung beban dan menanggung dosa kerana mereka ialah ketua keluarga.

“ Setiap dari kamu merupakan pemimpin dan setiap dari kamu akan ditanyai mengenai apa yang kamu pimpin” (hadith sahih riwayat Bukhari no. 893 dan Muslim no. 1829).


Kesimpulannya wanita dan keluarga mereka tidak perlulah diberi muka sangat kerana hanya membuang masa dan waktu golongan yang beriman kepada Allah swt dan cukuplah saya mencadangkan golongan lelaki yang beriman di Malaysia mencari alternaif lain misalnya menikahi wanita dari Petani (selatan Thailand) yang kini diancam oleh keganasan.

“Dan orang-orang yang tidak mampu bernikah lantaran kesusahan maka mereka itu hendaklah memelihara kesucian mereka sehingga dikurniakan Allah dari kesenangan dari rahmat-Nya” (An-Nur : 33).


Menyelamatkan wanita Petani yang muslim dengan menikahi mereka, atau menikahi wanita Indonesia yang datang ke negara Malaysia ini untuk mencari kehidupan dan wanita dari bangsa lain misalnya Cina dan India dengan mendakwahkan mereka kepada Islam lebih utama dan mulia dari menyusahkan diri menikahi wanita Melayu yang tidak usahlah saya dedahkan lagi aibnya.

“Dan hamba perempuan yang mukminah itu lebih utama dan baik bagi kamu dari perempuan musyrik yang kafir walau dianya menarik perhatian kamu” ( Al-baqarah : 221).

Segala puji hanyalah bagi Allah swt.



p/s :

Ada seorang kawan saya (pensyarah disebuah IPT sekarang ini) pernah berkenalan dengan seorang wanita yang kemudiannya kawan saya ini ingin melihat wajah wanita itu sebelum meminangnya. Sekalipun kawan saya ini tidak mempedulikan sangat wajah perempuan ini kerana akhlak wanita ini baik namun saya mengarahkan kawan saya melihat dahulu wajahnya.

Malangnya wanita ini mewarisi kebodohan wanita melayu yang kemudiannya memberikan gambar palsu kepada kawan saya ini kononnya mahu menguji apakah kawan saya ini memilih kecantikan atau hati.

Gambar yang diberikan ialah seorang wanita yang berkulit gelap dan berjerawat dan memakai tudung dengan menampakkan rambut dan saya katakan pada kawan saya perempuan ini tidak sesuai untuknya kerana kawan saya itu seorang yang kacak dan biarlah mencari yang sepadan dan lebih sopan pada pemakaian.

Sabda rasulullah : Sebaik-baik wanita itu ialah apabila kalian melihat kepadanya menenangkan hati...(hadith sahih riwayat Abu Daud, Nasaie, Ibn Majah dan Hakim).

Akhirnya setelah menolak perempuan itu atas nasihat saya maka selepas itu barulah perempuan bodoh celaka ini muncul semula pada kawan saya dan mempamirkan dirinya yang sebenar dengan sengaja memperlihatkan dirinya yang memang cantik manis, memakai jubah dan bertudung labuh dengan berkulit putih pipi kemerah-merahan.

Kawan saya merasa menyesal menolak muslimat ini namun saya katakan pada kawan saya bahawa wanita ini hanyalah wanita bodoh yang memiliki wajah dan diri yang cantik tapi jahil dan celaka dan jauh dari pertunjuk sunnah dan bahkan saya doakan pada kawan saya ini mendapat muslimah yang lebih solehah dan semoga wanita ini mendapat lelaki yang sehodoh mungkin sesuai dengan gambar palsu yang diberikan kepada kami.

Sesungguhnya sunnah yang diajar oleh rasulullah ialah bolehnya lelaki melihat wanita dan wanita melihat kepada lelaki dan hal ini sudah ijmak ulama fuqaha ummah namun masih wujud wanita bodoh berwajah cantik dalam masyarakat Melayu konon hendak menguji lelaki. Sesungguhnya baginda rasulullah sendiri menyukai wanita cantik dan menyuruh supaya melihat dahulu wanita yang ingin dinikahi apakah cantik dan menarik hati.

Celakalah wanita bodoh ini yang masih hidup dan bernyawa dalam jasad yang tidak berguna pada agama satu sen pun.

Segala puji hanyalah bagi Allah swt.

http://ustaz.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 14:41 2 comments  

Cerita tentang kahwin...

Monday, 29 October 2007

Terbaca satu artikel di BH hari ni, iaitu Konsep kasta kikis keikhlasan kenduri kahwin, agak lucu juga. Lucu bukan sebab isunya, tapi lucu sebab teringat kisah lama. Kang abah cerita kisah abah tu, sebelum tu nak mengepek sikit ttg isu hantaran terlalu tinggi.

Abah tahu ada orang setuju hantaran tinggi, ada yang tidak. Yang setuju selalunya sebelah perempuan la, dan yang tak setuju, sebelah lelaki. Masing-masing betul, sebab masing-masing punya alasan kukuh untuk setuju atau tidak setuju.

Kalau anda tanya abah, abah kata, "Hantaran hendaklah atas dasar tolak ansur dan permuafakatan kedua belah ahli keluarga, samada lelaki atau perempuan."

Yang penting bukan hantaran, tapi nikah, atau bersatunya dua manusia yang dipanggil anak-anak. Jika kedua-dua belah keluarga dapat bersepakat dan bertimbangrasa, abah fikir, isu hantaran tidaklah menjadi isu sangatpun. Cuma yang jadi isu, bila hantaran cuma berpihak pada satu belah sahaja, iaitu pihak perempuan. Bukan abah tidak pernah dengar isu keluarga perempuan tetapkan 'harga', dan bila di'tawar', tidak boleh langsung.

Abah tak tahu apa sebab jadi macam itu, tetapi abah fikir, keadaan macam itu berlaku atas sebab-sebab keduniaan, yang boleh diubah pun sebenarnya. Kos sara hidup tinggi, belanja kenduri tinggi, anak dara saya graduan, dia kerja besar, saya orang berkedudukan, dialah satu2nya anak dara saya, etc. etc. Senarai alasan tak akan habis, sebab banyak sangat. Tapi itulah, itu semua benda2 yang boleh dibincang dan ditolakansurkan.

Yang penting kebahagiaan anak-anak kita. Kalau hantaran RM20000 pun, tapi lepas kahwin anak menantu bertengkar sebab tak cukup duit, apa guna? Puas ke kita jika dapat tahu keluarga lelaki terpaksa bergolok bergadai nak memenuhi kehendak kita hanya semata-mata sebab anak lelakinya dah sangat sayang dengan anak dara kita? Adakah kita berbangga dapat buat majlis kahwin besar-besaran, dan dibelakangnya, duit hantaran itu menantu kita sebenarnya dapat dari pinjaman peribadi dengan bank?

Pada mak ayah seperti abah, harap-harap dapatlah berfikir dengan baik ttg isu2 macam ini. Apahal sekalipun, berbincanglah dan bertolakansurlah dikedua belah pihak. Kalau mampu, buatlah apa yang dirancang, kalau kurang mampu, jangan dibeban kehidupan orang lain, dan diri kita.

Tidak guna hantaran RM10000 dan kenduri kendara 3 hari 3 malam, kalau kasih sayang anak2 cuma bertahan sekejap saja. Yang penting bila anak2 nak kahwin, selidiklah keperibadian bakal menantu itu, jangan diselongkar sangat berapa harta yang dia ada. Jika menantu itu manusia yang baik, bertanggungjawab, patuh pada tuntutan agama, dan sangat sayang pada anak dara kita, nikahkanlah mereka, walaupun tidak berkenduri besar2an jika tidak mampu. Dipenghujung harinya, hanya kebahagiaan mereka yang kita hendak lihat.

Bercerita tentang kahwin ni, teringat cerita abang tukang gunting kat rumah abah waktu abah kekedai dia 2 hari lepas. Katanya, "Adik perempuan saya kahwin dengan seorang anak Datuk. Ingatkan nak pakat ramai2 la adik-beradik pergi bertandang kerumah pihak lelaki, tetapi bila Datuk itu siang-siang lagi cakap, "Hanya 20 orang saja boleh datang, dan tak boleh bawak budak-budak", terus mati niat kami nak pergi ramai-ramai."

Itu cuma satu kisah, dari sekian banyak kisah yang wujud bila cerita bab kahwin kenduri nih. Anda fikirkanlah sendiri apa pengajarannya.

Ini pulak kisah abah waktu malam akad nikah hampir 7 tahun dulu. Abah yang sememangnya cuma tahu akan kewujudan mas kahwin(mahar) dan wang hantaran, tanpa kaji selidik, telah bersetuju dengan keluarga untuk mengikut kebiasaan itu. Abah silap sebab tak tanya keluarga sebelah Ummi. Bila tiba waktu akad nikah, barulah abah tahu, rupa-rupanya diKelantan, tiada istilah wang hantaran, mereka cuma ada konsep mas kahwin sahaja. Jadi, katakan kita bawa hantaran RM8000, kiranya waktu akad tersebut, RM8000 la yang akan dilafazkan sebagai mas kahwin.

Dan alhamdulillah syukur pada Allah, kerana keluarga Ummi tidak tetapkan sebarang nilai untuk hantaran kami. Bila mak abah tanya, jawab pihak mereka, "Terpulanglah pada perbincangan mereka berdua(abah dan mi).". Syukur ya Allah atas nikmat perkahwinan, dan kelancaran proses perkahwinan kami berdua.

Oklah, nak kena mula buat kerja, kang tak siap lak kang kerja2 abah. Hehe.

http://abahmuizz.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 15:15 0 comments  

Pernikahan paling diberkati yang paling sedikit mas kahwinnya

Sunday, 28 October 2007

Dalam artikel lalu, antara lain, penulis menyatakan: "Kata ustaz itu, antara calon isteri yang baik ialah yang murah mas kahwinnya. Hal ini termasuklah wang hantarannya, tidaklah terlalu mengada-ngada seperti orang sekarang, hendakkan RM11,111.11 atau RM22,222.22 atau RM33,333.33 atau RM44,444.44. Hidup biarlah berpada-pada, janganlah nak riak, nak menunjuk-nunjuk. Semuanya akan membawa kehancuran. Sia-sia saja amal perbuatan sedangkan kita hendakkan keredaan Allah SWT. "

Apa yang ditulis pada keluaran lalu, benar-benar berlaku sekarang ini. Sebagai seorang Muslim dan bapa kepada beberapa orang anak remaja yang akan berkahwin suatu masa nanti, eloklah penulis menyentuh hal ini supaya masyarakat Islam dapat bersama-sama membanteras gaya hidup baru yang tidak Islamik ini.

Kebetulan kelas pengajian kuliah Subuh yang penulis ikuti di masjid sekarang ini membicarakan soal nikah. Ustaz terbabit tidak terlepas daripada memberitahu jemaah bahawa perkahwinan dengan hantaran wang sebegitu banyak bukan daripada ajaran Islam.

Beliau memberitahu dua sebab mengapa amalan berkenaan mesti ditentang selain daripada membazir dan menunjuk-nunjuk. Pertamanya ia dikhuatiri akan menjadi contoh kepada masyarakat dan yang kedua perkahwinan gah begini akan mengecilkan hati orang miskin dan tidak mampu.

Jika orang berada dan berpangkat berbangga dan menghebahkan seluruh negara akan hantaran dan pemberian hadiah yang sebegitu besar, dikhuatiri ia akan menjadi panduan masyarakat. Tidak menghairankan jika bakal keluarga pengantin perempuan akan menuntut wang hantaran sekurang-kurangnya RM10,000, RM15,000 dan RM20,000.

Apa akan jadi dengan masyarakat jika keadaan ini berlaku? Mampukah anak-anak muda yang baru bekerja atau keluar dari universiti menyediakan jumlah wang sebegini besar sedangkan keinginan mereka untuk kahwin sudah memuncak.

Seorang anak muda lulusan universiti (untuk ijazah pertama) ketika mula bekerja sudah berusia 23 tahun. Gaji permulaannya mungkin RM1,300 sebulan. Ditolak dengan bayaran pinjaman pendidikan, pinjaman kereta, sewa bilik, pemberian kepada keluarga dan pelbagai perbelanjaan lain, mungkin dia dapat menyimpan RM200 sebulan.

Jika dihitung setahun, dia baru mampu mengumpul RM2,400. Kalau 10 tahun menghimpun, dia baru mengumpulkan RM24,000. Ketika itu pun umurnya sudah terlajak ke 33 tahun.

Bagi kebanyakan anak muda, pada usia 25-30 tahun, mereka sudah 'gatal' untuk kahwin. Tapi wang tiada. Disebabkan oleh 'segolongan manusia' yang gila glamour dan sebagainya, ibu bapa 'buah hati' mereka akan tetapkan wang hantaran melampau seperti RM10,000, RM20,000 atau RM30,000. Cuba bayangkan bagaimana anak muda kita hendak 'cekau' duit sebegitu banyak bagi membolehkan mereka kahwin?

Bukankah ini akan menimbulkan masalah besar dalam masyarakat. Bukankah akan berlaku fitnah paling hebat dalam masyarakat? Anak-anak muda yang kemaruk untuk kahwin tetapi tidak dapat kahwin akan menerbitkan rangkaian masalah yang bukan saja menjejaskan masyarakat tetapi juga negara, bangsa dan agama.

Ustaz itu bertanya betapa banyak bakal pengantin dan keluarga pengantin cuba mendalami pengajian agama. Katanya, tidak ramai sebab kebanyakan manusia hari ini mengejar dunia dan segala perhiasannya. Jika mereka tahu ilmu agama tidaklah mereka berbuat seperti hari ini. Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya: "Sebesar-besar berkat penikahan ialah yang sedikit mas kahwinnya."

Apa sebenarnya yang sedang berlaku kepada masyarakat kita? Nampaknya, masyarakat sedang menuju ke arah fitnah terbesar sedangkan sebahagian besar anggotanya tidak menyedarinya. Mereka yang mengaku beragama Islam tidak lagi hidup berpandukan ajaran Rasul tetapi mengikut hawa nafsu yang berdasarkan logik akal masing-masing.

Dalam bab perkahwinan ini pun, orang Islam tidak mengikut contoh yang ditunjukkan Rasulullah s.a.w. tetapi membiarkan diri mereka terjerumus ke dalam lembah yang ditunjuki oleh orang Yahudi dan Nasara.

Misalnya, dalam bab berpakaian, orang Islam yang berkahwin pun mengikut telunjuk Yahudi dan Nasara. Sedangkan sudah jelas dinyatakan salah satu perkara yang membezakan antara orang Islam dengan orang Islam ialah dari segi berpakaian.

Jika pengantin wanita Islam memakai pakaian yang mendedahkan tubuh badan mereka, apakah yang membezakan antara diri mereka dengan orang bukan Islam? Jika mereka memakai gaun menunjukkan sebahagian buah dada atau telanjang belakang (bare back), apa bezanya mereka dengan orang bukan Islam.

Jika Allah SWT mengancam menghumbankan si kufur ke lembah azabnya, apakah jaminan untuk orang Islam yang hidup mengikut telunjuk Yahudi dan Nasara tidak sama dicampakkan ke sana.

Alangkah peliknya sesetengah anggota masyarakat kita hari ini. Ramai daripada kita hidup bagai 'sumpah-sumpah' yang boleh bertukar 'color' (warna). Jika nikah di masjid, boleh pakai tudung litup, majlis bersanding boleh pakai gaun dedah sana dedah sini. Jika khatam Quran, begitu manis bersopan bertudung litup tetapi pada majlis jamuan, tudung ke mana, pakaian seksi juga jadi kebanggaan.

Yang dibimbangi, golongan ini akan menjadi ikutan, 'set trend' dalam masyarakat. Akan timbullah kata-kata seperti, 'si dia tu boleh buat begitu, kenapa kita tidak boleh?' 'Si dia tu, boleh bikin pelamin dalam masjid, kenapa kita tidak boleh?' 'Anak dia dapat hantaran RM22,222.22, kenapa anak kita tidak boleh dapat RM33,333.33 kerana anak dia lulus SPM saja sedangkan anak kita lulusan universiti luar negara?'

Ustaz kuliah Subuh itu cukup bimbang, perkembangan hal ehwal kahwin di negara kita sedang menuju apa yang berlaku di sesetengah negara Arab. Katanya, di negara berkenaan, adalah sukar seorang bujang berkahwin kerana tuntutan keluarga pengantin perempuan terlalu banyak dan tinggi. Misalnya, menyediakan rumah, kereta dan pembantu rumah.

Mampukah si bujang menyediakan kemewahan ini sedangkan mereka 'baru nak kenal hidup'. Ramailah anak bujang Arab, jadi bujang terlajak. Ramai yang kahwin warga asing dan tak kurang juga yang hanyut di kota-kota maksiat seperti Bangkok, London dan Paris.

Jadi kepada mereka yang prihatin kepada kesucian Islam, marilah sama-sama membanteras amalan kurang sihat yang mula menular dalam masyarakat kini. Tidak kiralah sama ada anda ustaz, jurutera, tukang masak, pekedai, atau orang kaya raya atau berpangkat, marilah bersama-sama kita melawan golongan yang hidup tidak berpandukan agama ini.

Antara langkahnya boleh dimulai dengan keluarga sendiri. Janganlah kita mengada-ngada meletakkan hantaran anak-anak kita RM1/2 juta, RM222,222.22, RM77,777.77 atau RM22,222.22. Ingatlah pernikahan paling diberkati adalah yang paling sedikit mas kahwinnya seperti disabdakan oleh junjungan besar kita.

http://www.darulkautsar.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 17:21 0 comments  

Ibadat & Adat

Saturday, 27 October 2007

Saya timbulkan isu ini untuk mendapat maklumbalas daripada rakan pembaca. Mungkin bagi sesetengah pihak, persoalan IBADAT dan ADAT ini tidak besar. Ini kerana dalam banyak kes, "sempadan" antara kedua-duanya tidak jelas, macam seakan...apa tu orang sekarang kata, "borderless"?? Tak jelas tu sebenarnya salah kita juga. Kita tak cukup ilmu dan tak usaha untuk cukupkan ilmu. Pemahaman diterima sejak turun- temurun dan tidak mempraktikkan apa yang diterima turun-temurun ini dianggap satu kesalahan, atau dosa mungkin!. Tapi pernahkah kita ambil tahu samada apa yang diamalkan turun-temurun itu betul atau tidak , dari hukum-hakam agamanya? Fokus perbincangan saya di sini mengenai dua perkara:

1) Hantaran kahwin - le ning musim kenduri kahwin. Zaman saya dulu (1994) hantaran sekitar RM5,000. Sekarang (2007), dengar khabar sekitar RM8,000. Tahun 2010 pula RM berapa agaknya? Yang berpuluh ribu tu, kita tak payah ceritalah...kita cerita kasta biasa. Mungkin, hantaran kahwin pun kena ada harga bumbung jugalah gamaknya suatu hari nanti. Isu di sini ialah kebimbangan bahawa ADAT akan menghalang IBADAT. Jika hantaran sekitar RM8,000. Belanja kenduri dan perbelanjaan lain pula RM10,000, dah jadi RM18,000. Untuk anak muda yang baru kerja, mana nak cari RM18,000????? Masalahnya, masyarakat kita ni masyarakat "banyak mulut" (sayangnya, bukan tentang nahi mungkar!) dan tak ramai keluarga yang sanggup "tutup telinga". Jadi kita lebih bimbang masyarakat mengata ("berapa hantaran kahwin anok dia tu? Bak po sikit sangat hahhh...?&^%X#@") dari lihat anak muda terus "bergandingan", tidak kahwin disebabkan tidak dapat memenuhi "harga pasaran semasa" hantaran kahwin. Jadi guano?

http://negarakumalaysia.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 07:07 0 comments  

Jangan jadikan wang hantaran sebagai beban

Friday, 26 October 2007

BESUT 5 Mei – Masyarakat Islam di negara ini dinasihatkan agar tidak menjadikan wang hantaran sebagai satu beban sehingga menimbulkan masalah kepada bakal pengantin.
Menteri Di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Dr. Abdullah Md. Zin berkata, perkara tersebut sepatutnya difahami dengan sebaik-baiknya bagi mengelakkan timbul masalah seperti lambat berkahwin terutama di kalangan gadis.

Menurutnya, jika masalah itu dibiarkan berlarutan. mungkin ramai gadis akan menjadi anak dara tua, manakala masalah sosial lain seperti bersekedudukan, zina dan membujang di kalangan lelaki akan bercambah.

Menurutnya, dalam Islam, kesudian golongan wanita untuk diterima menjadi isteri merupakan satu penghargaan kerana ia merupakan satu kesanggupan untuk menjaga anak dan suami.

“Bagi lelaki pula, persetujuan wanita menjadi isteri mereka merupakan satu ganjaran yang tidak ternilai harganya,” katanya kepada pemberita pada Majlis Cakna dan Mesra Rakyat di kediamannya di Kampung Baharu, dekat sini hari ini.

Pada majlis itu, beliau menyampaikan sumbangan kepada tiga pelajar daerah itu yang mencipta nama setelah muncul sebagai pelajar terbaik dan cemerlang dalam peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) tahun lalu.

Antaranya ialah Nadia Rohani Malek Panter Brick, pelajar Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA) Nurul Ittifaq yang memperolehi 14 A1 dan muncul pelajar terbaik Terengganu dalam peperiksaan tersebut.

Abdullah yang juga Ahli Parlimen Besut berkata demikian sebagai mengulas trend segelintir masyarakat Islam negara ini yang meletakkan hantaran perkahwinan yang tinggi sehingga mencecah puluhan ribu ringgit.

Beliau berkata, jika wang hantaran tinggi menjadi amalan, tidak mustahil lelaki negara ini berkahwin dengan wanita negara lain atau pasangan bernikah di negara lain yang tidak memerlukan wang hantaran yang banyak.

“Jika ini berlaku, sudah pasti akan menimbulkan masalah dalam masyarakat kerana ramai gadis di negara ini akan menjadi anak dara tua,'' katanya.

Beliau juga menegurkan segelintir umat Islam yang mencari angka tertentu untuk menetapkan jumlah wang hantaran kononnya mempunyai tuah dan sebagainya.

“Jangan kita percaya angka-angka tertentu boleh mendatangkan tuah kerana tidak ada ketetapan itu dalam Islam, sebaliknya ambillah jalan yang tidak mendatangkan masalah kepada kedua-dua pihak,” ujarnya.

Comment:-

Kita sepatutnya kembali kepada Islam. Tidak perlu terlalu mengikut adat. Tidak salah berbelanja untuk mengadakan majlis seperti kebiasaan jika berkemampuan. Tetapi, dalam keadaan sekarang (khusus untuk graduan) dimana taraf hidup meningkat, begitu juga pengangguran, kerja yang tidak tetap, kerjaya baru bermula, pinjaman belum berbayar; agak sukar untuk mereka mengumpul belanja kahwin untuk mengadakan majlis seperti kebiasaan dalam masa terdekat. Benda yang baik seeloknya dipermudahkan. Mengapa benda-benda yang haram/maksiat lebih mudah diperolehi? Seperti kata MB Selangor, Dato' Seri Dr Khir Toyo, "hari-hari mendatang selepas berkahwin lebih penting daripada satu hari kita menjadi raja sehari". Nabi juga pernah bersabda, "berkendurilah kamu walaupun dengan hanya menyebelih seekor kambing". Sama-sama kita fikirkan.

http://formerigp.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 20:02 0 comments  

Hantaran perkahwinan tinggi: Apakah penyelesaiannya?

Thursday, 25 October 2007

Assalamualaikum wbt.

‘Duit hantaran? Ish, mana lagi nak cari duit sebanyak itu. Kita ni pun gaji hanya cukup-cukup makan..’

‘Pinjam daripada ceti, tak pun daripada ah long, mungkin boleh selesaikan masalah aku ni,’

Itu antara dialog-dialog yang mungkin kita akan dengar daripada mulut sang lelaki yang sedang berkira-kira untuk melangsungkan perkahwinan. Seringkali juga kita dengar bermacam-macam gaya keluhan lelaki ini, menunjukkan betapa susahnya mendirikan rumah tangga pada masa kini. Apakah yang menyebabkan hantaran perkahwinan yang terlalu tinggi ini? Ada yang berpendapat, kos sara hidup kini yang semakin meningkat, menyebabkan ayah dan ibu pihak perempuan memikirkan soal ini. Namun, apakah itu benar? Adakah Islam pernah menyuruh penganutnya meletakkan hantaran yang tinggi?

Islam hanya mewajibkan pembayaran mas kahwin sebagai syarat wajib seseorang lelaki untuk menikahi perempuan. Mas kahwin di Malaysia tidaklah terlalu membebankan. Ini kerana setiap negeri di Malaysia telah pun menetapkan nilai mas kahwin tersebut. Ini tidak lagi menjadi persoalannya. Masalahnya ketika ini, mampukah pihak lelaki untuk menyediakan wang hantaran yang tinggi itu? Kebanyakan lelaki akan menjawab tidak kerana mereka tidak mampu. Bagi yang mampu, itu tidak menjadi masalah besar.

Purata gaji di Malaysia ini atau dalam kadar kehidupan sederhana di Malaysia ini antara RM1000-RM3000 sebulan. Jumlah wang hantaran kebanyakannya berjumlah antara RM4000-RM10000. Rasionalkah jumlah ini? Itu baru sahaja wang hantaran. Belum dicampur dengan urusan kenduri kendara. Mungkin nilai sehingga RM10000 itu dicampur dengan nilai urusan kenduri, tetapi melalui pengamatan yang saya lihat, tidak banyak urusan kenduri dicampur dengan jumlah wang hantaran. Duit urusan kenduri selalunya dikira kemudian. Tidakkah ini semakin membebankan pihak lelaki?

Tujuan Islam mengalakkan pengikutnya berkahwin adalah untuk melahirkan zuriat yang dapat membantu agama Islam berkembang dan mengharmonikan bumi ini. Jika hantaran yang terlalu tinggi dan menyebabkan orang lelaki tidak dapat menyediakannya, tidakkah ini akan mengalakkan gejala sosial yang lebih teruk berlaku? Ibu bapa sering menyalahkan anak mereka kerana terlibat dalam masalah sosial, tetapi bagaimana pula dengan membuat hantaran yang tinggi? Tidakkah perkara ini akan menyebabkan perzinaan berlaku, kahwin lari, dan sebagainya?

Hayatilah nilai-nilai murni dalam Islam. Islam tidak membebankan penganutnya, malah membuatkan kehidupan bertambah selesa jika kita mengikuti apa yang telah ditetapkan dalam Islam. Pesan saya kepada ibu bapa pihak perempuan, tidaklah salah untuk meletakkan hantaran, tetapi biarlah berpada-pada dan tidak terlalu membebankan pihak lelaki. Apa yang penting adalah mas kahwinnya, bukan pada hantaran. Kenapa kita perlu menganggu pembinaan ‘masjid’ sedangkan pembinaan ‘masjid’ itu dapat diselesaikan dengan cara yang mudah? Fikir-fikirkanlah…

Sokong garis panduan elak hantaran tinggi

SEREMBAN: Sikap sebahagian besar masyarakat hari ini yang mengadakan majlis perkahwinan besar-besaran untuk menunjuk-nunjuk walaupun ia menyimpang daripada tuntutan agama menjadi punca wang hantaran perkahwinan tinggi.

Timbalan Mufti Negeri Sembilan, Mohd Zaidi Ramli, berkata sikap itu sukar dikikis sekali pun ia bukan tuntutan Islam.

Beliau berkata, satu garis panduan wajar diwujudkan bagi menangani masalah hantaran perkahwinan tinggi, namun hakikatnya terpulang kepada perbincangan dan kemampuan pasangan pengantin.

“Masalah wang hantaran perkahwinan tinggi tidak timbul di negeri ini kerana sistem adat yang diamalkan menekankan kepada perbincangan dan permuafakatan antara kedua-dua pihak sebelum ditentukan,” katanya.

Beliau berkata, penentuan wang hantaran harus bersesuaian dengan keadaan hari ini kerana perkahwinan di kawasan bandar sudah tentu berbeza dengan di kampung.

Mohd Zaidi berkata, beliau amat bersetuju dengan pandangan mufti lain untuk mengadakan garis panduan mengenai wang hantaran bagi mengelak pelbagai masalah.

“Apa yang penting memahami prinsip perkahwinan itu sendiri iaitu untuk melahirkan zuriat,” katanya mengulas pandangan bekas Mufti Wilayah Persekutuan, Prof Datuk Dr Mohamad Yusof Hussain supaya Jabatan Agama Islam Negeri mewujudkan garis panduan berhubung hantaran perkahwinan tinggi.

Sumber: Harian Metro Online


http://almarbawi.wordpress.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 4 comments  

Bulan pun jadi pink

Wednesday, 24 October 2007



Bulan ini untuk kesekian kalinya teman2 dekatku menikah. Ada rasa haru, malu -malu bercampur bahagia yang kutangkap dari wajah - wajah mereka. Mulai dari prosesi ijab qabul, apalagi tatkala kupergoki mereka berjalan mesra berdua. Gak akan terbayang, serasa dunia hanya milik mereka berdua.

Katanya sih cinta itu suatu yang penuh warna dan kehangatan. Gejala - gejala "pink virus" ini biasanya sesorang akan sering melamun sendirian, makan bisa lupa waktu (hati - hati bisa obesitas lho...),bahkan sering senyum - senyum sendirian apalagi didepan PC (hehehe...ketahuan lagi chating ama siapa hayooo...). Jujur aja kadang aku ikut panas mendengar kisah kasih mereka. Terkadang juga muncul keinginan untuk segera melakukannya, hehehehe... sorry beuh, saat ini aku masih tetap setia bergabung dalam barisan JIL (jaringan ikhwan lajang ^_^). Yaah... masih menikmati masa kesendirian gicthu...(justifikasi ^_^).

Tak ada kisah seindah cinta, itulah yang kuresapi dari bahasa mereka. Ada satu rasa yang muncul, "betapa agungnya cinta". Karena dengan citalah kita lahir, tumbuh dewasa, ta'aruf, menikah, punya anak, punya isteri yang kedua, ketiga, keempat (lho....kok !!!) dan akhirnya kerana cinta jua kita kembali kepada sang pemilik "cinta" sejati. Jangankan kita, pujanggapun akan kehabisan kata - kata mengungkapkannya. Betapa dahsyat anugerah yang satu ini. Namun satu hal yang harus menjadi prinsip adalah cinta kita pada isteri, anak, harta dll adalah subordinat. Cinta kepada Allah lah cinta yang hakiki.
So...
Tetap jaga cinta dalam hati kita, jangan pernah lupa betapa cintanya sang pemberi cinta pada kita.

Oke buat pembaca budiman, sampai disini dulu ya. Soalnya bentar lagi ana harus dokumentasi pesta pernikahan ^_^.

http://photocyber.multiply.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Hantaran Calculator

Tuesday, 23 October 2007

Talk about rising costs of living.

It seems that the Hantaran (dowry) for Muslim brides have increased too. The dowry is a fixed amount of money that the groom has to pay to the bride's parents, on top of wedding expenses. As recently as a few years ago, the Hantaran for a Muslim bride would be about $7000. Today a figure as high as $10,000 is not unheard of.

From what I understand, some Malay men have decided to take out an installment plan on their brides too.

So how much is a Muslim lady worth and how do you determine her value anyway? Many of my friends have been asking this question.

With that I have configured a Hantaran Calculator

Do give it a try and see how much you (or your bride) is worth.

But a word of caution though. The Hantaran Calculator has been configured with deep-seated Malay stereotypes, based on certain qualities that our elders look out for when "valuing" a girl. For example her age (too old is not good), education level (too high is not good either), and whether or not she is a virgin (some elders can actually tell).

Note: Islam frowns upon wastage and preaches moderation, even when holding weddings. So take the calculator with a pinch of salt :)


http://muhammad-ridzwan.blogspot.com/


spiderman_pink: yea! $900! siapa nak kahwin? :D

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 10:10 8 comments  

Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan

Monday, 22 October 2007



Alangkah seringnya
Mentergesai kenikmatan tanpa ikatan
Membuat detik-detik di depan terasa hambar

Belajar dari ahli puasa
Ada dua kebahagiaan baginya
Saat berbuka
Dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahala

Inilah puasa panjang syahwatku
Kekuatan ada pada menahan
Dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh kejutan

Coba saja
Kalau Allah yang menghalalkan
Setitis cicipan surga
Kan menjadi shadaqah berpahala


Buku ini dipersembahkan untuk mereka yang lagi jatuh hati atau sedang pacaran bersama doi yang dipenuhi hasrat nikah dini tapi belum bernyali yang sedang menjalani proses penuh liku dan yang ingin melanggengkan masa-masa indah

Alangkah seringnya mentergesai kenikmatan tanpa ikatan. Membuat detik-detik di depan terasa hambar. Belajar dari ahli puasa, ada dua kebahagiaan baginya, saat berbuka dan saat Allah menyapa lembut memberikan pahala. Inilah puasa panjang syahwatku, kekuatan ada pada menahan dan rasa nikmat itu terasa, di waktu buka yang penuh kejutan. Coba saja, kalau Allah yang menghalalkan, setitis cicipan surga kan menjadi shadaqah berpahala.Buku ini dipersembahkan untuk mereka yang lagi jatuh hati atau sedang pacaran bersama doi yang dipenuhi hasrat nikah dini tapi belum bernyali. Yang sedang menjalani proses penuh liku dan yang ingin melanggengkan masa-masa indah pernikahnnya.

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32 0 comments  

Nikah muda: Sebuah pilihan atau unsur lain?

Sunday, 21 October 2007

Baru – baru ini saya melihat banyak sekali buku-buku tentang nikah [esp tentang nikah muda]. Jujur, ketika saya membaca beberapa buku tentang tersebut, terlintas dalam pikiranku “benar juga ya?”.. ya iyalah, kan diperkuat dengan Al Quran dan Hadist. Saat ini nikah muda belum menjadi trendsetter, banyak yang kuliah dulu, kerja, “memapan”kan dirilah, trus nikah. Coba kita hitung [itungan seorang laki-laki], normalnya umur 18 tahun masuk kuliah, trus kuliah 4 tahun, cari kerja plus memapankan diri 2 tahun, berarti kira-kira umur 24-25 tahun menikahlah, itupun kalau sudah dapat calon. Kalau gak dapat-dapat, ya mau bagaimana lagi.

Untuk mengantisipasi hal itu [belum dapat calon istri, red], tak jarang sedari kuliah atau kerja, banyak yang cari calon pendamping, entah bagaimana caranya. Jika sudah menemukan trus belum siap, ikatan tunangan-pun digelar, entah ini sebagai “pengikat” atau memang hanya sekedar perayaan belaka, supaya tetangga-tetangga kita tau bahwa kita sudah punya calon atau ada unsur lain?

Saya pernah dimintai konsultasi seorang sahabat saya, sebut saja Ariel, dia pendiam tapi bisa jatuh cinta juga,hehe9x [maap ya yang ngerasa], dan calonnya sebut saja Luna Maya [lho, lho, lho ini bukan infotainment lhooo]. Keduanya memang punya prinsip tidak mau pacaran sebelum menikah, tapi keduanya terlanjur jatuh cinta. Hal ini membuat mereka memutar otak, pacaran seperti orang kebanyakan yang tiap malam minggu keluar jalan, berpegangan tangan, atau apalah, sangat tidak mungkin untuk dijalankan. Ariel berniat melamar Luna Maya dan melaksanakan pernikahan sesegera mungkin, tapi apa yang terjadi? Sebelum melamar Luna Maya, Ariel mendapat kabar bahwa Luna Maya sudah dijodohkan orang tuanya, lha terus?? Setelah Ariel cek langsung, ternyata berita itu benar adanya. Akhirnya mereka sepakat untuk menjalani apa adanya dulu, mereka berjanji untuk menjaga hati masing-masing, toh mereka gak tau berjodoh apa tidak?

So, nikah muda tidak mudah untuk dilakukan. Tidak hanya lamaran, berucap ijab qabul, resepsi, trus selesai, tidak semudah itu..!!! trus bagi yang laki-laki, istri kita nanti dikasih makan apa? rumput? Hehehe99x…

Tapi kalau kasusnya kayak artis ibu kota kayak Nana Mirdad-Andrew White yang musti nikah karena ketahuan hamil di luar nikah, gimana? tau ah gelap. Itu memang murni “kecelakaan” yang disebabkan mereka sendiri. Ya itulah pentingnya menjaga hubungan antara laki-laki perempuan, saya gak perlu menulis batasan-batasan pergaulan laki-laki dengan perempuan, toh persepsi dan batasan tiap orang tentunya berbeda. Gaya hidup yang semakin tahun kok nampaknya semakin rusak ya? Artinya kasus seperti Nana Mirdad dan Andrew White sudah dianggap hal biasa dan sangat wajar, Astagfirullah…

Pergaulan Bebas

Ngomong-ngomong soal pergaulan bebas, bukan hanya penyakit anak muda saja kok, orang yang sudah berkeluarga juga [maybe…] mengalaminya. Gimana ya? Apakah ini menjadi trendsetter atau gimana saya gak tau. Saya masih ingat betul tayangan Kupas Tuntas yang beberapa waktu yang lalu pernah disiarkan di Trans 7, kalau tidak salah topiknya Dayang-dayang DPR-MPR atau apalah, saya tidak begitu ingat dengan judulnya. Hmm…. sungguh diluar dugaan saya. Tentu ingatkan kasus bagaimana Gusti Randa menceraikan Nia Paramitha, desas-desusnya karena perselingkuhan Nia Paramitha dengan pimpinan partai poliltik, bahkan Nia sempet dikabarkan aborsi. Trus kasus serupa juga, ME dan YZ, yang taulah video mesumnya yang beredar di masyarakat. Padahal mereka adalah publik figur, tokoh masyarakat, golongan elite politik, wakil rakyat, tapi kenapa? Mbok ya ngaca gitu, apa gak malu…?. Saya bukannya sok suci atau gimana ya, tapi inilah yang memang terjadi, sebuah kebobrokan moral di Indonesia. Ya Allah, ampunilah kami ya Allah… Mungkin saja bencana yang terjadi di Indonesia baru-baru ini memang karena segala bentuk kelakuan kita yang sudah keterlaluan? Wallahua’lam…

Hikmahnya

Kembali ke Laptop… btw, nikah muda dengan pergaulan bebas ada hubungannya gak ya? kalau di hubung-hubungkan pasti adalah hubungannya. Semoga saja tulisan ini berguna bagi pembaca sekalian. Hikmahnya apa ya? Sebagai makhluk Allah harus senantiasa taqwa kepadaNya, menjaga hati, insya Allah kita termasuk golongan orang yang selamat dunia akhirat, amien….

Tulisan ini adalah murni pikiran saya sebagai pribadi yang kebelet nikah tapi belum kesampaian

http://hasanjunaidi.wordpress.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 22:22 0 comments  

Naluri dan fitrah

Saturday, 20 October 2007

'hei hei kamu. kamulah!! apa yang kamu menungkan?' aku merosakkan khayalanmu saat mata kamu redup memandang skrin komputer. kamu memberitahu aku 'tak adalah. aku sedang berfikir.'

oohh.. aku tahu. tentang cinta. cinta yang telah terpesong menjadi fitrah. aku masih ingat lagi, saat itu kamu sedang menatap helaian 573, kitab fikah mazhab Syafi'e(jilid4), yang membincangkan bab undang2 kekeluargaan. kamu membaca..


hikmat perkahwinan disyariatkan


perkahwinan mempunyai banyak faedah dan hikmah, antaranya;

1. Menyahut seruan fitrah manusia yang telah difitrahkan oleh Allah.

Allah telah mencipta manusia serta membekalkan mereka dengan keinginan seksual dan keinginan kepada wanita. fitrah ini juga dibekalkan kepada wanita-wanita.

oleh kerana Islam merupakan agama fitrah, Islam telah mensyariatkan perkahwinan untuk menyahut seruan fitrah yang terpahat di jiwa manusia. Islam menjadikan perkahwinan sebagai satu-satunya jalan yang boleh memenuhi tuntutan itu.

fitrah....'

kamu menyelak helaian 574, dan kamu membaca lagi....

'Islam tidak menyekat naluri ini. ia tidak menghancurkan kehidupan manusia dengan mengharamkan perkahwinan. ia juga tidak menyeru manusia agar membujang dan hidup seperti seorang rahib.

naluri.....'

lagi kamu membaca....

'Islam tidak membiarkan naluri manusia tidak dipenuhi. Islam juga tidak memberikan manusia kebebasan sepenuhnya untuk memenuhi keinginan seksual sehingga boleh merosakkan diri, orang lain, akhlak, meruntuhkan keluarga dan rumahtangga serta membuka pintu yang luas kepada godaan syaitan. sebaliknya Islam berpendirian sederhana dengan memenuhi keinginan fitrah manusia serta mengaturnya supaya dapat berperanan dengan baik dalam melahirkan keturunan manusia serta memastikan kesinambungan kehidupan manusia.'

kamu berfikir sejenak tentang fitrah dan naluri. apakah dia fitrah dan naluri bagi manusia? segera kamu berpindah ke halaman 573 untuk mendapatkan jawapan.

jawapannya ialah seksual dan keinginan kepada wanita. dan fitrah ini juga dibekalkan kepada wanita-wanita. ini adalah nafsu..

kamu berfikir lagi. cinta itu fitrah, fitrah itu seksual dan keinginan kepada wanita. seksual dan keinginan kepada wanita adalah nafsu. mengikut ajakan nafsu yang bukan pada tempatnya adalah berdosa. jadi, cinta itu nafsu. dan cinta sebelum kahwen adalah berdosa... yah..

tapi... cinta itu fitrah. dan semua orang bercinta. ustaz dan ustazah pun bercinta. budak2 yang belajar agama pun bercinta. penasyid2 pun ada yang menyanyikan lagu cinta sedang mereka juga bercinta. lagi pula mereka yang hidup tidak berpedomankan Islam. ya, cinta itu fitrah. tak ada siapa yang boleh menolaknya. semua pun memerlukannya.'

aku lalu menyampuk. 'itu adalah fitnah kamu. bukan fitrah. cuba kamu baca balik, Islam telah mensyariatkan perkahwinan untuk menyahut seruan fitrah iaitu seksual dan keinginan kepada wanita2 yang terpahat dalam jiwa manusia. bukannya dengan percintaan kamu. jika disyariatkan percintaan, pastinya menyalahi arahan supaya menjauhi bibit2 zina. kalau menyalahi, bermaksud, menyamai...

cuba kamu renung balik sejarah Nabi berurus niaga dengan Khadijah yang akhirnya mereka ke jinjang pelamin. pastinya Nabi juga meminati Khadijah. cuma Nabi tidak meluahkannya dan menahan dirinya dari bercinta. inilah dia perlambangan yang tercatit dalam helaian 573 ini. lagi pula tidak pernah terjumpa kisah2 percintaan para ulama silam seperti al-Ghazali, imam Syafi'e, imam Muslim yang kaya, dan lain2 lagi.'

kamu membaca lagi di helaian 578..

'Abdullah bin Mas'ud r.a berkata;

'ketika kami muda, kami berada bersama Nabi s.a.w dan kami tidak mempunyai apa2 harta. Baginda berkata kepada kami: "wahai para pemuda! jika kamu mampu hendaklah kamu berkahwin, sesungguhnya perkahwinan itu menutup pandangan dan menjaga kemaluan. sesiapa yang tidak mampu hendaklah berpuasa kerana puasa itu adalah pendinding baginya."

aku menyampuk lagi. 'maksudnya.. sesiapa yang mampu menyediakan mas kahwin, menyara anak, bakal isteri dan diri sendiri, hendaklah dia berkahwin. sesiapa yang tidak mampu, hendaklah dia berpuasa. bukan bercouple. itulah jalan penyelesaian fitrah....

jadi sebenarnya kamu telah melakukan dosa. tapi kamu tidak sedari kerana akal yang merasionalkan kehendak nafsu dengan ayat 'cinta itu fitrah'. dan kamu juga sejuk hati bila ustaz2 dan ustazah2, pelajar2 agama mengiakan tindakan kamu. bahkan menasihati kamu dan memberi tip2 supaya cinta kamu berdua tetap mekar diredhoi Allah.

aahh karut semuanya itu..' hamburku pada kamu.



kamu persoal 'tapi kenapa para penasyid pun menyanyikan lagu cinta. macam lirik ni..

tika dalam gelita
atau sepi kembara
dihadirkan rasa cinta
sisih segala duka
anugerah dariNya

hanyalah cintaNya
yang amat ku harapkan
tiada lain yang jadi rayuan
namun Dia Maha Mengerti
tak mampu insan bersendiri
menempuh dugaan yang menguji
naluri...

Tak akan ku persia
limpah rahmat Yang Esa
bagaikan jalinan warna
yang menyulam cahaya
biasan kasihNya

moga tak diuji
asyik cinta duniawi
mengharap teduh redha Illahi
kerna segala kurnia
hadirnya hanya pinjaman
sungguh ku syukuri kesempatan
bahagia..

dan banyak lagi lirik2 cinta dalam lagu2 nasyid... cinta itukan kurniaan Tuhan mengapa harus kita pertikaikan. wajarkah ia dikatakan dosa? sepatutnya kita bersyukur...'

aku menambah.. 'wah wah kamu.. pandainya bercakap.. memang cinta itu kurniaan Tuhan. bersyukurlah atas nikmat itu. jangan kamu cemarkan ia dengan maksiat dosa bercinta. tak semua yang menyanyi lagu nasyid dari kalangan yang faham agama. mereka hanya menyanyikan lirik yang dituliskan untuk album mereka sahaja tanpa fahaman agama. yang menulis lirik itu pun bukan dari kalangan yang faham agama. tapi sama sahaja dari kalangan yang menyanyikannya juga.

tapi cuba kamu hayati lirik2 nasyid dari album Raihan, tiada satu lirik pun yang memfitrahkan cinta.'

kamu termenung. sedang hati kamu tidak dapat menerima hakikat bahawa cinta itu fitnah. tidak, cinta itu fitrah, tiada siapa yang dapat menghindarkannya. sedang kita lahir juga atas nama cinta..

aku menyampuk 'hidayah memang tidak akan masuk pada hati yang keras hitam dengan dosa.'

keras kamu menyanggah 'siapa???!!"

'kamulah!!'

http://mashitahjuki.blogspot.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 17:17 0 comments  

Suka Duka Nikah Muda

Friday, 19 October 2007


Menikah muda, sepertinya saat ini sedang trend di kalangan generasi muda. Ada yang karena pemahaman agama, dengan pertimbangan untuk lebih menjaga hati dan menjauhi zina. Selain itu juga untuk merasakan nikmatnya keluarga sakinah, mawaddah, warohmah. Ada pula karena terlanjur ’kebablasan’ dalam hubungan seks pra nikah. Untuk yang terakhir ini, seorang ustadz mengistilahkan dengan pemilu, alias pengantin hamil dulu. Istilah lain yang dikenal anak muda adalah MBA, alias married by accident.

Jangan heran, di Indonesia yang seperti itu makin hari makin meningkat saja. Bahkan seolah-olah sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, dan bukan aib lagi. Ketika dibikin sinetron pun laris manis. Bagi yang belum bisa meninggalkan acara televisi mungkin pernah mendengar sinetron Pernikahan Dini. Meskipun ceritanya seputar pasangan pemilu yang sarat konplik, hampir tidak pernah akur, toh ratingnya cukup tinggi juga. Na’udzubillaahi min dzaalik. Yah,, sesuatu kalau awalnya tidak baik, biasanya jarang bisa berakhir dengan baik. Termasuk juga dalam pernikahan. Meskipun bahagia di masa pacaran, tidak menjamin akan bahagia setelah menikah. Apalagi jika sudah punya anak.

Tentu bagi anak-anak muda yang selalu berusaha meniti jalan taqwa, married by accident tidak akan pernah menjadi pilihan mereka. Solusinya yang halalan thoyyiban saja sudah dituntunkan oleh Allah, kok mau milah yang penuh bahaya. Pemuda-pemudi ini pun banyak yang memutuskan untuk menikah muda. Hanya saja, biasanya mereka pacaran setelah menikah. Lalu apa sih suka duka nikah muda?

Suka Duka Nikah Muda

Pengalaman setiap pasangan dalam pernikahan tentu berbeda-beda, baik dari segi alasan mengapa menikah muda? atau pengalaman pribadi di dalam pernikahan itu sendiri. Yang pertama apa sih sukanya dalam nikah muda? Yang jelas ada yang mengatakan bahwa dengan nikah muda akan membuat seseorang lebih happy, lebih sehat dan membuat hidup lebih berarti.


Sebuah penelitian yang dilakukan antara tahun 1950 sampai dengan 1970 menemukan bahwa orang-orang yang menikah cenderung lebih bahagia dibandingkan yang tidak menikah, hidup sendiri atau bercerai. Penelitian ini juga menemukan bahwa disamping pernikahan cenderung menjadikan orang lebih bahagia, kebahagiaan itu sendiri cenderung mendorong untuk lebih cepat menikah. Jika hidup anda kurang bahagia, anda cenderung takut untuk menikah. Salah satunya anda tidak yakin bahwa kebahagiaan nikah dapat diupayakan. Anda membayangkan bahwa pernikahan membuat anda terkungkung dalam rumah tangga. Ketakutan yang sama juga terjadi pada mereka yang ingin memacu prestasi, tetapi tidak mempunyai model yang tepat sehingga mereka sulit membayangkan bahwa kesibukan kita mengasuh anak tidak menghalangi kita untuk mencapai prestasi yang optimal.

Selain lebih happy dengan nikah muda, juga lebih sehat dengan nikah muda. Secara sederhana, meningkatnya kesehatan orang-orang yang sudah menikah dapat dikelompokkan dalam tiga hal berikut:

1.Meningkatkan stamina. Proses-proses faali dalam tubuh karena meningkatnya kebahagiaan membuat kita memiliki daya tahan yang lebih baik. Papalia dan Olds menunjukan bahwa orang yang menikah cenderung lebih jarang mengalami disabilities (ketunaan) dibanding yang tidak menikah atau yang bercerai.

2.Bertambahnya imunitas. Orang-orang yang menikah lebih jarang mengalami gangguan penyakit yang kronis dibanding mereka yang tidak menikah dengan status kesehatan awal yang sama. Maksudnya, jika ada dua orang yang sama-sama memiliki bakat asma dengan tingkatan yang sama, orang yang menikah akan lebih jarang terserang asma dibanding yang tidak menikah, cerai atau terpisah dengan suaminya.

3.Pemulihan kesehatan lebih mudah. Proses penyembuhan dan pemulihan kesehatan orang yang sudah menikah cenderung lebih cepat dibanding orang yang tidak menikah. Orang yang perkawinannya membahagiakan cenderung lebih mudah pulih dibanding orang yang pernikahannya biasa-biasa saja, apalagi yang tidak sangat membahagiakan.


Kemudian dengan nikah muda, membuat hidup lebih berarti. Menikah membuat kita lebih dewasa. Kedewasaan kita akan jauh lebih matang saat anak kita lahir. Jika saat menikah kita mempertemukan dua hati, dua kebiasaan, dua pengalaman hidup, dan bahkan mungkin dua arah tentang perkawinan, maka saat anak kita lahir kita mempertemukan cita-cita yang tinggi dengan kesediaan untuk mengalahkan diri sendiri. Terhadap istri, kita bisa berdialog dan bahkan mungkin sedikit sewot jika ia tidak berperilaku sesuai dengan yang kita harapkan. Akan tetapi, tidak bisa demikan terhadap anak-anak kita yang masih bayi. Kita bisa menuntutnya untuk berperilaku dan bersikap seperti yang kita inginkan. Tidak pula bisa kita ajak berdialog. Yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan dengan pola anak, mengalahkan diri sendiri agar lebih sabar, dan tidak patah dalam menegakkan cita-cita. Melalui proses ini jika kita menghayati, kita akan menjadi manusia yang jauh lebih matang. Sesungguhnya, dalam proses pendidikan anak itu ada pelajaran besar tentang bagaimana menghadapi manusia.

Lepas dari semua itu, ada satu hal yang perlu kita catat. Kedewasaan tidak datang tiba-tiba. Ia perlu upaya, terutama dari diri kita sendiri. Kita perlu mengupayakannya dengan sungguh-sungguh sebab usia tidak dengan sendirinya membuat kita lebih dewasa. Selanjutnya, apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kedwasaan kita? Ada beberapa hal yang bisa kita perhatikan. Pertama, menata kesadaran kita tentang tanggung jawab. Kedua, membekali diri dengan ilmu sehingga menjadi orang paham dam mampu. Ketiga, meningkatkan kemampuan kita bertanggung jawab.

Yang diatas tadi adalah gambaran tentang sukanya dalam nikah muda menurut bacaan kami. Sedangkan duka dalam nikah muda, mungkin karena sama-sama muda ada sifat egois yang muncul. Kadang satu sama lain tidak mau mengalah, bisa berakibat kemarahan, dan ini biasanya tidak berlangsung lama kemudian berbaikan lagi.

Adapun suka duka nikah muda menurut kami, atau pengalaman kami yang juga nikah muda memang lebih banyak sukanya daripada dukanya. Tapi terkadang dukanya pun kami alami dan kami hadapi bersama.

Kendala untuk nikah muda

Belum punya mai’syah atau belum dapat mencari nafkah, kadang menjadi salah satu penghalang bagi seseorang untuk menikah. Banyak orang yang sebenarnya sudah ingin menikah, tapi terpaksa menunda karena belum bekerja. Mungkin bagi sebagian orang hal ini dianggap sebagai sesuatu yang realistis. Meskipun demikian, harus diingat bahwa Allah akan membantu mencarikan jalan keluar bagi pemuda yang akan menikah demi menjaga agamnya. Bagaimana jika pemikiran seperti itu dibalik saja. Bukankah dengan menikah, semangat mencari nafkah seorang pemuda akan semakin menggelora? Ini akan terjadi bila sang pemuda menyadari benar akan tanggung jawabnya. Demikian hal tersebut akan lebih memberinya semangat untuk mencari nafkah.

Selain belum punya ma’isyah, yang sering menjadi kendala untuk menikah adalah belum selesai studi. Jika seseorang masih sekolah, biasanya belum berani untuk menikah. Alasan klasiknya, takut tambah repot ngurus keluarga, selain belum punya ma’isyah. Meski demikian, saat ini dikalangan kampus juga marak dengan pernikahan di usia muda. Sebagian aktivis dakwah yang masih mahasiswa pun, tak kalah ketinggalan mengambil pilihan ini.

Untuk itu bagi pemuda-pemudi yang belum menikah, segeralah menikah. Tapi ingat pilihlah yang baik agamanya biar tidak menyesal di kemudian hari. Wallahu a’lam bishawab.


Makalah disusun Oleh: Sisie Annisa
*persyaratan BWKAM di bulan Ramadhan*
*poto pernikahan temenku


http://herdinur.multiply.com/

Read More...

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 17:17 0 comments