Sedekah orang yang menangis

Friday, 28 December 2007

Perang Tabuk dikenal sebagai perang paling \’kritis\’ karena tantangan besar yang dihadapi sahabat menuju tempat itu, yang terletak nun jauh di dekat perbatasan Syams. Terik panas yang memanggang saat perang memunculkan berbagai sifat manusia Islam yang sesungguhnya, yang berbeda dari sifat orang-orang yang pengecut dan munafiqin. Mereka yang terakhir ini datang kepada Rasulullah meminta izin untuk tidak terlibat dalam berperang dengan berbagai alasan yang mengada-ada.
Namun, para sahabat yang benar (shidiq) imannya, menampakkan sifat keberanian dan pengorbanan. Kalapun ada diantara mereka yang tidak turut berperang, hal itu bukan karena sebab duniawi, namun karena tidak adanya perlengkapan perang. Mereka telah datang menghadap Rasulullah meminta perlengkapan itu dan ditolak karena memang tidak ada simpanan perlengkapan itu padanya. Mereka pun pulang dengan duka yang menggunung dan air mata yang senantiasa menggenang di pelopak mata. Allah melukiskan kondisi orang-orang ini dalam firman-Nya:

Dan tiada pula (dosa) atas orang-oorang yang apabila mereka datang kepadamu supaya kamu memberikan kepada mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tiada memperoleh kendaraan untuk membawa kalian.” Lalu mereka kembali sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan lantaran mereka tidak memperoleh apa-apa yang akan mereka nafkahkan.” (QS. 9:92)

Diantara mereka adalah Ulyah bin Yazid, yang kemudian bangun malam untuk sholat tahajjud, kemudian bersimpuh dan bermunajat kepada Allah SWT dengan diiringi tangis nan memilukan. Do’anya kepada Allah SWT:

“Ya Allah! Engkau telah memerintahkan berjihad maka akupun mencintainya. Kemudian Engkau tidak menjadikan untukku apa yang menguatkanku dalam jihad ini, dan Engkau juga tidak menjadikan pada Rasulullah (kendaraan) yang membawaku dalam jihad ini. Dengan ini aku bersedekah terhadap setiap muslim dengan kedzaliman mereka yang menimpaku baik pada harta, jasad dan kehormatan.”

Paginya, seperti biasa ia berkumpul dengan sahabat lain. Rasulullah bertanya, “Dimanakah orang yang bersedekah tadi malam?” Tak seorangpun sahabat berdiri. “Mana orang yang bersedekah?” Tanya Rasulullah sekali lagi. Maka berdirilah Ulyah bin Yazid dan menemui Rasulullah. Beliau berkata padanya, “Bergembiralah, Demi Dzat yang jiwa itu berada dalam genggaman tangan-Nya, sedekahmu telah ditulis pada zakat yang diterima.” [Kutipan dari Al-Bidayah wa An-Nihayah 5/5 dan disyahkan oleh Albani. Lihat Fiqhus Sirah: 439]

SubhanalLaah! Dengan ungkapan yang dalam ini sahabat yang mulia memahami universalitas makna sadaqah, yang boleh jadi telah diabaikan oleh mayoritas kaum muslimin. Meraka membatasi pemahaman sadaqah hanya pada harta semata tanpa menoleh pada makna yang luas dalam syari’ah.

Rasulullah SAW telah menyebutkan beberapa macam sadaqah dalam sebuah sabdanya: “Atas setiap persendian kalian sadaqah, setiap tasbih adalah sadaqah, setiap tahmid adalah sadaqah, setiap tahlil adalah sadaqah. Semuanya itu dibalas seperti balasan bagi amal dua raka’at dari
sholat dhuha.” (HSR. Muslim: 720). Biasanya sadaqah semacam ini mudah dilaksanakan dan ringan di jiwa.

Sesungguhnya sahabat yang mulia ini, Ulyah bin Yazid, bersedekah dengan perkara yang sulit bagi jiwa. Ia melepaskan dan mundur dari haknya atas kedzaliman yang menimpa pada hartanya yang dirampas tanpa dasar kebenaran dan tidak dikembalikan kepadanya; atau pada jasadnya yang disakiti tanpa dasar yang benar; atau pada kehormatan yang dihasud tanpa bukti; atau dituduh padahal ia bebas darinya; atau dihina, dicela tanpa alasan jelas dan benar. Alangkah agungnya sadaqah seperti ini yang tidak banyak orang yang mampumelaksanakannya.

Karena agungnya sadaqah macam ini, Rasululah SAW memberikan khabar gembira, bahwasanya ia diterima sebagai zakat. Maka siapakah diantara kita yang mampu bersedekah seperti ini?

Waqafat Tarbawiyah Fii As-Siirah An-Nabawiyyah (Rambu-rambu Tarbiyah dalam Sirah Nabawiyah) - DR. Abdul Hamid Jasim Al-Bilaly

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32  

0 comments:

Post a Comment