Tersenyumlah

Sunday, 16 March 2008



Penulis: Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni
Halaman: 280 halaman

Suatu pagi, seorang Arab Badui ingin ikut shalat Shubuh berjamaah. Ketika itu sang imam membaca surah al-Baqarah, padahal saat itu orang Badui tersebut sedang terburu-buru karena suatu keperluan. Akibatnya, ia tidak dapat memenuhi keperluannya itu. Pada esok harinya, ia kembali ingin mengikuti shalat Shubuh berjamaah. Ketika imam mulai membaca surah al-Fiil, orang Badui tersebut langsung pergi seraya berkata, “Ini pasti lebih lama lagi! Bukankah Al-Fiil (gajah) lebih besar dari al-Baqarah (sapi)?”

***

Diriwayatkan bahwa seseorang pernah mengunjungi orang yang sakit, kemudian ia berkata kepadanya, "Apa penyakitmu ?" Ia menjawab, "Sakit di lutut". Ia berkata lagi, "Saya pernah mendengar satu bait syair yang diucapkan Jarir, tapi saya lupa awal syair tersebut, yang saya ingat adalah bagian akhirnya yang berbunyi, "Dan tidaklah penyakit dua lutut itu ada obatnya". Mendengar perkataannya itu, orang yang sakit itu berkata, "Alangkah baiknya seandainya bagian awal syair itu hilang bersama dirimu"

***

Seseorang datang kepada seorang ulama fikih untuk bertanya. Ia berkata, "Saya setiap kali menyelam ke sungai sebanyak dua atau tigak kali, masih tidak yakin apakah tubuh saya sudah terbasahi air seluruhnya, juga apakah saya sudah suci. Maka, apa yang mesti saya lakukan? Ia menjawab, "Jangan sholat!" Ada yang bertanya, "Kenapa kau berkata seperti itu?". Ia berkata, "Karena Nabi SAW bersabda bahwa beban hukum itu diangkat dari tiga jenis orang: yaitu anak kecil hingga baligh, orang yang sedang tidur hingga ia terbangun, dan orang gila hingga ia sadar. Dan orang yang sudah menyelam dua kali atau tiga kali, kemudian masih mengira bahwa ia belum mandi, berarti ia gila."

***

Ada seorang ulama fikih yang tinggal di sebuah rumah yang langit-langit rumahnya selalu berderit sepanjang waktu. Kemudia pemilik rumah datang menagih sewa rumahnya. Maka ulama itu berkata, "Perbaiki dahulu langit-langit rumah ini, karena ia selalu berderit!" Orang itu menjawab, "Jangan takut, ia sebenarnya sedang bertasbih kepada Allah." Ulama itu berkata, "Saya khawatir jika dia hanyut dalam tasbihnya, tiba-tiba dia sujud..."

***

Seseorang yang beragama Majusi mati dengan meninggalkan utang. Para pemilik piutang datang kepada anaknya dan berkata, "Jual saja rumahmu untuk meringankan beban ayahmu." Sang Anak pun menjawab, "Apa jika rumah ini saya jual dan saya lunasi utang ayah saya, maka ia akan masuk surga?" Mereka berkata, "Tidak." Maka anak itu menjawab, "Kalau begitu biarkan ia tinggal di neraka, dan aku tinggal di rumah ini."

***

Pada suatu hari seseorang yang buruk rupanya memegang jenggot Jahizh. Namun, Jahizh diam saja. Maka, orang itu berkata, "Hei mengapa engkau tidak berdoa untukku?" Jahizh menjawab, "Saya tidak tega berdoa agar Allah menghilangkan keburukan darimu. Karena jika doaku dikabulkan, maka engkau tidak mempunyai wajah lagi."

***

Sepasang pengantin baru sedang bercakap-cakap di kamar tidur mereka. Pengantin pria pun mulai bercerita tentang ibunya. Ketika ia lama sekali bercerita, sang pengantin wanita pun jadi jengkel. Lalu ia marah pada pasangannya itu dan berkata," APa kamu gak bisa berbuat hal 'lain' selain bercerita tentang ibumu itu?" Sang pengantin pria menjawab, "Tentu saja bisa. Setelah bercerita tentang ibuku, aku akan bercerita tentang ayahku."

***

DARI judulnya saja, menggelitik kita untuk mengetahui isi buku setebal 280 halaman ini. Setelah membuka halaman pertama, kita terdorong untuk membuka halaman selanjutnya, dan baru berhenti setelah sampai di halaman terakhir, tanpa lelah, karena asyik membaca sambil tersenyum atau tertawa.

Ya, buku berjudul, Tersenyumlah ini memang patut untuk dibaca. Meskipun buku ini lahir dari Timur Tengah, buku ini jauh dari image yang melekat dari buku terbitan Timur Tengah yang biasanya dicetak apa adanya, tanpa sentuhan seni dan cenderung monoton.

Buku yang diterbitkan Gema Insani Press (GIP) ini, memuat kumpulan humor islami yang sangat bervariasi, mulai dari yang klasik hingga yang lahir pada dekade terakhir. Yang membuat buku ini tambah menarik, humor-humor yang disajikan bukanlah sekadar lelucon murahan, melainkan humor-humor yang cerdas. Bahkan kadang kala untuk bisa tertawa pun, pembaca dituntut untuk mengerutkan kening terlebih dahulu. Karena di balik humor-humor cerdas ini, sarat dengan nilai dan hikmah.

Dalam menulis buku ini, Aidh Al Qarni banyak menggunakan kitab klasik seperti, Akhbaarul Hamqaa wal Mughaffaliin, Akhbaarul Adzkiyaa, Akhbaaruzh Zhuraaf wal Mutamajniin karya Ibnul Jauzy dan banyak lagi kitab-kitab lainnya. Penggunaan kitab-kitab ulama terdahulu sebagai referensinya menjadikan buku humor ini sebagai buku humor yang berkelas dan bukan kacangan.

Tersenyumlah, dunia akan menjadi milik Anda. Setidaknya, begitu ajakan dari buku ini. Senyum memang sebuah kata sederhana, namun memiliki makna yang sangat berarti. Hanya dengan mengembangkan senyum, sudah dinilai sebagai sedekah. Betapa sederhana tampaknya, namun tak mudah juga melakukannya, kecuali bagi orang-orang berhati ikhlas. Mereka yang mampu tersenyum adalah mereka yang ingin membagi kebahagiaannya dengan orang lain. Mereka yang ingin menggugurkan kesedihannya untuk diganti dengan kepasrahan dan tawakal, yang berujung pada kebahagiaan juga.

Mereka yang pandai tersenyum, adalah mereka yang memiliki kecerdasan emosi tinggi. Mereka mampu mengendalikan emosi dengan baik, hingga dalam keadaan diliputi kesedihan dan kemarahan pun tetap bisa tersenyum dengan manis. Dalam keadaan teraniaya pun tetap mampu tersenyum, memancarkan cahaya keikhlasan dari dalam dadanya.

Dahsyatnya kekuatan senyum, telah mengilhami Aidh Al Qarni, penulis muda yang produktif dari Timur Tengah, menyumbangkan buah karya istimewanya ini, untuk mengajak umat tersenyum. Tersenyumlah, karena senyum tak kalah penting dengan beragam ibadah lainnya. Banyak pakar yang berpendapat bahwa tawa dan senyuman itu merupakan penyebab paling kuat yang mendorong manusia menjadi aktif dan produktif.

Kesimpulan dan saran mereka adalah: semua orang - sesuai dengan posisinya di berbagai profesi jika ingin menikmati hidup yang tenang, nyaman, dan bahagia, hendaknya dia menjadi orang yang ceria, tersenyum dan tertawa. Dengan demikian, dia dapat menciptakan suasana yang jernih dan cair, serta dapat mengusir kejenuhan, kebosanan, dan kesusahan hidup.

Orang China sering mengungkapkan suatu hikmah, "Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum, maka hendaknya dia tidak usah membuka usaha dagang." Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa tawa itu merupakan getaran akal yang melenyapkan ketegangan-ketegangan dalam jumlah yang cukup banyak.

Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa tawa itu (yang proporsional dan pada tempatnya) adalah pelipur hati, obat bagi jiwa, dan kenyamanan bagi pikiran yang jenuh setelah bekerja dan menguras tenaga. Senyum dan tawa itu merupakan salah satu keahlian atau seni hidup, tapi banyak orang yang tidak berminat untuk mempelajarinya meskipun cukup mudah.

Posted by hAiRiL/spiderman_pink at 23:32  

1 comments:

really make me smile and laugh at some stories ... how much ??? ngehehe :)

jelikweyh said...
22 March 2008 at 1:36 am  

Post a Comment