Pengantin Al-Quran: Kalung Permata buat Anak-anakku
Friday, 26 September 2008
Penulis: M. Quraish Shihab
Penerbit: Lentera Hati
Tahun: 2007
Perkawinan adalah fithrah. Keterikatan antara seorang lelaki dan seorang perempuan merupakan kebutuhan setiap orang yang bersifat naluriah. Lebih dari itu, ia bahkan menjadi kebutuhan bagi kesempurnaan hidup manusia.
Dalam ajaran Islam, perkawinan merupakan anjuran bagi mereka yang telah dewasa lagi mampu. Allah memerintahkan kepada orang tua untuk mendukung perkawinan anak-anak mereka, dan jangan terlalu mempertimbangkan kemampuan materi calon pasangan. Namun, pada saat yang sama Allah juga memerintahkan mereka yang ingin menikah, tetapi tidak memiliki kemampuan material, untuk menahan diri dan memelihara kesuciannya.
Buku ini berisi nasihat-nasihat yang bisa dijadikan rujukan oleh setiap pasangan suami istri untuk meraih sakinah dalam kehidupan rumah tangga mereka. Sebab, perkawinan yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya bertujuan mengantar suami istri merasakan bersama “ketenangan dinamis”, atau dalam istilah al-Qur’an disebut “sakinah”.
Buku ini bukan saja bermanfaat bagi mereka yang akan memasuki jenjang perkawinan, tetapi bagi mereka yang telah menikah pun akan mendapatkan banyak pencerahan yang sangat diperlukan dalam menciptakan keluarga sakinah. Karena sakinah bukanlah hadiah atau anugerah yang jatuh begitu saja dari langit. Tetapi ia merupakan suatu kondisi yang harus diperjuangkan perwujudannya lewat kesungguhan, kesabaran, dan pengorbanan!
***Setiap makhluk hidup mempunyai naluri kasih-sayang. Ikan dengan gigih mengarungi lautan hanya karena ingin bersua dengan pinangannya. Sepasang burung berkicau sambil menyusun sarangnya. Dan, manusia yang menyibukkan diri dengan sajak-sajak cinta dari zaman dahulu sampai sekarang. Semuanya berkeinginan untuk menjadi ’pengantin’ semasa hidupnya.
Lalu, kenapa dinamakan pengantin al-Qur’an? Apa gerangan yang dituturkan oleh al-Qur’an tentang perkawinan? Bagaimana menjalankan rumah tangga agar meraih kebahagiaan dunia-akhirat? Dan apa hubungannya dengan nilai-nilai budaya yang selama ini membingkai sebuah rumah tangga?
M. Quraish Shihab mengadreskan ”Pengantin al-Qur’an” pada surat ke-55 yang dinamai ’Arûs al-Qur’an yang lebih populer dinamakan ar-Rahmân. Sungguh indah dan anggun surah itu, bukan saja dari susunan kalimat yang memesona, tetapi juga dari pesan-pesan bahkan kesan-kesan yang ditimbulkannya (hal. X). Di dalamnya, terdapat aneka hiasan dan pakaian indah, mutiara, permata, dan manikan, dialah sesungguhnya pengantin, dengan segala kenikmatan, keindahan, kebahagiaan, dan kesempurnaan (ibid).
Semua keindahan itu bertolak dari kesadaran untuk besyukur dan tidak mengingkari nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah Swt. Surat ar-Rahmân itu telah menggugah jin dan manusia dengan mengulangi 31 kali kalimat; ”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kalian berdua dustakan?”.
Perkawinan adalah manifestasi positif dari penciptaan mahluk hidup yang berpasang-pasangan oleh Allah Swt. (QS. Yâsîn [36]: 36). Islam datang mencoba menjernihkan stereotype yang dialamatkan pada perempuan. Terkenal ungkapan ”segala sisi dan yang berkaitan dengan perempuan itu buruk, dan yang terburuk di antaranya adalah dia mesti ada karena dibutuhkan laki-laki” (hal. 3).
Perkawinan dipandang sebagai cara hidup yang wajar dalam menjalani kehidupan. Ia melahirkan institusi keluarga sebagai unit terkecil tapi paling penting dalam masyarakat. Sementara, secara spiritual dimaksudkan sebagai wujud ketaatan atas ketetapan Tuhan (fitrah) yang diberlakukannya terhadap semua makhluk.
Selanjutnya, dalam kehidupan rumah tangga pasangan suami-istri harus mengutamakan dialog dalam menyelesaikan segala masalah. Harus dipupuk interaksi harmonis, karena tidak jarang kita mengarahkan banyak tenaga dan pikiran hanya untuk menguraikan persoalan sepele dan menjelaskan maksud baik yang disalahpahami (hal. 11).
Untuk menyulam interaksi harmonis ini diperlukan saling pengertian antara suami-istri. Laki-laki dan perempuan diumpamakan seperti dua mata uang yang tidak bisa dipisahkan dan harus saling melengkapi. Kedua belah pihak harus saling mengingat untuk berbuat baik menurut ajaran agama.
Interaksi harmonis itu tidak mungkin terjadi tanpa berusaha memelihara keseimbangan dan kebersamaan. Eksistensi manusia ditentukan oleh aneka keseimbangan; jasmani dan rohani, material dan spiritual, serta individual dan sosial. Sementara, kebersamaan diwujudkan dengan saling terbuka dalam segala hal untuk meraih gerak positif dalam menjalani rumah tangga.
Lewat buku ini M. Quraish Shihab seperti menuturkan ”nasihat-nasihat” untuk mengelola rumah tangga. Karena, buku ini sebelumnya merupakan kumpulan dari tiga buah buku yang sengaja dibuat untuk pernikahan ketiga putrinya tercinta; Najelaa Shihab, Najwa Shihab, dan Nasywa Shihab. Pembaca dengan mudah akan merasakan ”getaran kasing sayang” seorang bapak kepada anaknya yang tercinta.
Inilah buku yang secara emosianal bisa dibilang sreg untuk melatih diri menasehati kebaikan berumah tangga dalam meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Setiap kali menyuguhkan nilai-nilai budaya tentang rumah tangga, selalu dikonfirmasikan pada nilai-nilai al-Quran, karena ini sesuai dengan bidang penulisnya yang selama ini kita kenal. Terakhir, selamat membaca! (MSadili)
***
Dalam al-Quran, ada satu surah yang dinamai ‘Arusulquran atau pengantin al-Quran, yaitu surah kelima puluh lima. Popular juga dengan nama ar-Rahman (Allah penagugerah limpahan rahmat). Sungguh indah dan anggun surah itu, bukan saja dari susunan kalimatnya yang memesona, tetapi juga dari pesan-pesan bahkan kesan-kesan yang ditimbulkannya. Agaknya tidak ada surah dalam al-Quran seindah ini. Memang wajar ia dinamai demikian-tulis Albiqa’iy dalam tafsirnya yang bernama Nazem Addurar (Untaian Permata), karena surah ini mengandung aneka hiasan dan pakaian indah, mutiara, permata dan manikin,… dialah pengantin sesungguhnya, dengan segala kenikmatan, keindahan , kebahagiaan dan kesempurnaan.
Surah ini diakhiri dengan melukiskan bidadari-bidadari yang baik lagi cantik, jelita, putih bersih, tekun berada di kediaman mereka, tidak pernah disentuh kecuali oleh pasangan mereka, bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani yang indah. Sungguh Maha Agung Allah, Tuhan Pemilik Kebesaran dan Pemberi Anugerah. Demikian bebrapa ayat terakhir yang diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan menggugah.
Tahukah kita, apa isi pesan-pesan Pengantin al-Quran? Intinya adalah perintah untuk bersyukur,… tidak mengingkari atau melupakan nikmat-nikmat Allah yang telah dianugerahkan-Nya. Di sanalah dikemukakan aneka nikmat Illahi, yang dapat diraih makhluk-Nya, di dunia dan akhirat kelak. Tiga puluh satu kali surah ini menggugah pikiran dan hati manusia serta jin dengan pertanyaan “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua dustakan?”.
Syukur berarti menggunakan segala daya untuk memfungsikan segala nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Nikmat-nikmat duniawi yang beraneka ragam manfaatnya, yang disampaikan pada awal surah ini, diselingi delapan kali pertanyaan yang menggugah di atas, yang disusul dengan peringatan-Nya, yang diselingi dengan tujuh pertanyaan serupa. Kemudian diuraikannya keindahan dan kenyamanan dua macam surga, masing-masing dengan delapan kali pertanyaan “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua dustakan?”.
Kata ulama melukiskan kesan mereka; “Siapa yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkann-Nya di dunia ini, maka dia akan selamat dari ketujuh pintu neraka yang dilambangkan dengan tujuh pertanyaan menggugah di atas, dan dia akan dipersilahkan masuk melalui salah satu dari pintu-pintu surga yang jumlahnya ada delapan untuk setiap macam surga”. Subhanallah.