Hikmah di Balik Sakit
Thursday, 10 January 2008
Oleh : Wahid Abdullah
Bila seseorang selalu berada dalam keadaan sehat, maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa musibah dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Oleh karena itu maka ketika ditimpa sakit ia ingin agar bisa segera pulih, sebagaimana kondisi semula ketika sehat, karena setelah sakit itulah ia akan tahu apa artinya sehat.
Oleh sebab itu orang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut, selama ia mentauhidkan Allah dan menjaga sholatnya, karena sesungguhnya dibalik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkannya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
"Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa."
Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon kepada Allah SWT, sehingga ia akan merasakan manisnya iman yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita, sebagaimana dilakukan oleh Nabi Ayub A.S:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang diantara semua penyayang." (Q.S. Al Anbiya : 83).
Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi Istiqomah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah dan menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak pula orang yang setelah ditimpa sakit, ia mulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan sholat dan berbuat kebaikan, yang kesemuanya itu tidak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Maka sakit yang dapat memunculkan ketaatan ketaatan tersebut, pada hakekatnya merupakan kenikmatan baginya. Apabila seorang hamba selama hidupnya tidak pernah ditimpa musibah, maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya, akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran dahak dan terpaksa harus lapar, maka ia tidak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya, bahkan terkadang ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, tak ada yang dapat dilakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa apa untuk menolongnya, maka apakah pantas baginya menyombongkan diri dihadapan Allah dan sesama manusia ?
Musibah sakit akan menyebabkan scorang hamba hatinya bertambat kepada Allah dengan kuat, apalagi bagi penderita sakit yang telah sekian lama berobat kesana kemari namun tak kunjung sembuh, maka dalam kondisi seperti ini, satu satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata sehingga ia mengadu, Ya Allah tak ada lagi harapan untak sembuhuya penyakit ini, kecuali hanya kepadaMu.
Seperti dalam Firman Allah SWT yang artinya : "Apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan kesalahanmu." (Q.S. As Syuara : 30).
Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman, jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa dosa yang diperbuat, akan tetapi kegetiran hidup yang dirasakan tersebut akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat.
Banyak pula bukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan, namun dengan permohonan yang sungguh sungguh kepada Allah, maka ia dapat sembuh dan sehat kembali.
Oleh karena itu seorang hamba hendaknya selalu bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang sakit maka tentu masih ada orang lain yang lebih parah, dan hendaknya ia melihat bahwa sakit yang diderita dengan nikmat yang telah diterima, serta memikirkan pula faedah dan manfaat dari sakitnya.
Dalam urusan agama seseorang hendaknya harus memandang yang diatasnya agar tidak merasa bahwa dirinyalah yang terbaik, sedang dalam urusan dunia ia harus memandang orang yang ada di bawahnya, agar menimbulkan rasa syukur dan melahirkan pujian kepada Allah, karena sakit bagi seorang hamba (muslim) merupakan rahmat bukan siksa, sedangkan kematian adalah hiburan bagi orang beriman. Firman Allah SWT yang Artinya: "Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman, dan Allah adalah maha mensyukuri lagi Maha mengetahui." (Q.S. An Nisaa : 147).
Sayangnya kebanyakan manusia tidak mengetahui Allah dan hikmahnya bila sakitnya berkepanjangan dan tak kunjung sembuh menimbulkan keluh kesah dan putus asa, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidaktahuan, kelemahan dan kekurangan. Wallahu a'lam.