Kerana Sebutir Pasir
Sunday, 17 June 2007
Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah ditanya wartawan apa yang paling ditakutinya dalam menjelajah alam.
Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang curam, bongkah ais raksasa, atau padang pasir yang luas dan gersang sekali pun!
Lantas apa?
"Sebutir pasir yang terselip di sela-sela jari kaki," kata Hillary.
Wartawan hairan, tetapi penjelajah melanjutkan kata-katanya, "Sebutir pasir yang masuk di sela- sela jari kaki sering sekali menjadi awal malapetaka. Ia boleh masuk ke kulit kaki atau menyelusup melalui kuku. Lama-lama jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sedar, kaki pun tak dapat digerakkan. Itulah malapetaka bagi seorang penjelajah sebab dia harus ditandu."
Harimau, buaya, dan beruang, meski buas, adalah binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang menghadapi jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.
Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil. Orang yang malakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan keburukan orang lain, sering menganggap hal itu adalah dosa yang kecil. Kerana itu, banyak orang yang kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil itu pun akan berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan dirinya dan masyarakat.
Melihat kemungkinan potensi kerusakan besar yang tercipta dari dosa-dosa kecil itulah, Nabi Muhammad saw mewanti-wanti agar ummatnya tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya tidak melupa kan amal baik kendati kecil juga.
Dalam kisah sufi, seorang pelacur masuk surga hanya karena memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung dinilai sangat kecil itu ternyata di mata Allah punya nilai sangat besar karena faktor keikhlasannya. Bukankah semua roh yang ada di seluruh jagad ini, termasuk roh anjing tersebut, hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada anjing yang kehausan.